Artikel ini adalah part kedua dari cerita post saya mengenai pembelian rumah
Setelah proses penyerahan berkas kelengkapan syarat Kepemilikan Rumah ke pihak developer yang mana surat-suratnya saya urus dalam kurun waktu seminggu, besoknya saya dihubungi oleh pihak Bank untuk proses survey.
Semalam saya kayak galau gitu, mikirin “apa ya kira-kira pertanyaan yang bakal diajukan” oleh pihak analis Bank nantinya. Pihak bank akan datang ke kantor saya dan seperti yang saya dengar dari teman-teman atau baca-baca di internet, pihak bank akan melihat kondisi kantor, menanyakan soal penghasilan, pengeluaran rutin bulanan dan mungkin masalah kerjaan.
Percaya Diri Aja Waktu Disurvey
Pagi itu jam 9, pihak bank datang tepat waktu ke kantor saya. Asli, saya deg-degan pol. Sebelumnya, pihak marketing dari developer sudah menyiapkan beberapa kisi-kisi gitu, seperti kemungkinan nanti pihak bank minta untuk bertemu dengan atasan atau pihak HRD. Sehari sebelumnya saya sudah menghubungi atasan dan pihak HRD untuk berjaga di kantor, tapi apa daya mereka semua kan sibuk.
Pagi itu, saya ditanyai seputar mutasi rekening, soal dana penghasilan yang masuk ke rekening, kemudian apakah saya punya tanggungan atau tidak, status kepegawaian dan kerjaan di divisi saya ngapain aja. Saya merasa waktu kurang lebih satu jam di dalam ruang tamu kantor berasa kayak ruangan sidang skripsi.
Bapak surveyornya juga memperhatikan situasi kantor, yang kebetulan di kantor saya dominan sekat dindingnya menggunakan material kaca, jadi keliatan dari segala penjuru. Itu ruangan apa, ini ruangan apa, dimana meja kerja saya.
Saya merasa ada jawaban yang kurang mengena atau kurang tepat gitu, saya hanya bisa pasrah aja deh. Lagian kalau misalkan nggak di ACC bank A ini pun, uang DP yang saya bayarkan secara cash juga bakalan kembali meskipun dipotong sekian persen. Dan sebelumnya memang sudah dijelaskan oleh pihak marketing perumahan saya, kalau misalnya di Bank A ini nggak di ACC, maka akan dicarikan Bank lain.
Ya memang sepertinya developer nggak hanya terpaku ke satu bank aja. Kalau konsumennya nggak di ACC, pihak developer dan marketingnya juga nggak akan dapat pemasukan toh. Jadi bagaimanapun caranya, pihak developer akan berusaha supaya pengajuan konsumennya di ACC.
Tips Membeli Rumah supaya di ACC
Saya bukan pakar juga sih, jadi saya hanya bercerita berdasarkan pengalaman yang saya alami.
1. Konsultasi Dulu dengan Pihak Developer
Pihak developer disini diwakilkan sama marketingnya. Jadi sebelumnya, saya diminta untuk mengisi beberapa pertanyaan standart, seperti berapa nominal penghasilan, apakah ada hutang, berapa pengeluaran bulanan. Hal ini dimaksudkan supaya marketingnya tahu langkah apa yang harus dilakukan kalau sekiranya pengeluaran dan penghasilan kita kayak nggak seimbang gitu, apakah layak untuk selanjutnya memiliki kepemilikan rumah. Karena membeli rumah juga bukan perkara uang kecil.
2. Pastikan Tidak Punya Tanggungan
Jauh sebelum memberikan kelengkapan berkas ke developer, saya sudah mengecek secara mandiri seperti apa kredibilitas perbankan saya dengan mendaftar melalui web OJK atau yang dikenal dengan BI Checking. Saya dibuat takjub sama sistem BI Checking OJK ini, semua histori perbankan tercatat dengan akurat. Seperti misalnya, saya punya kartu kredit dari bank mana dan dikeluarkan tahun berapa.
Dan dari pengalaman teman saya sendiri, yang mana dia lebih dulu mengajukan pembelian rumah, bisa ketahuan dia punya tanggungan apa, seperti misalnya Shopee Pay. Jadi saya langsung kepo tuh di internet dan ternyata yang namanya Paylater juga terkoneksi dengan OJK, jadi ya tetep kebaca sejarahnya.
3. Lengkapi Berkas yang diberikan Developer
Berkas yang diberikan oleh marketing perumahan kepada saya memang nggak terlalu banyak tapi sukses bikin saya wara-wiri ke rumah RT, RW dan kelurahan. Seperti misalnya surat belum punya tempat tinggal, yang harus dimintakan dulu ke RT dan RW kemudian distempel kantor kelurahan dan ditandatangani Pak Lurah. Lalu ada surat domisili, surat keterangan belum menikah yang semuanya ditandatangani Pak Lurah.
Beruntung Lurah di kelurahan rumah saya meskipun sibuk tapi cukup sat set, meskipun saya pernah menunggu sampai satu jam di kantor kelurahan.
Itu masih seputar berkas soal domisili, selanjutnya kelengkapan mengenai penghasilan, seperti Rekening koran 3 bulan.
Selama kurang lebih 3 bulanan sebelum saya meng-dealkan rumah, saya mencoba mengatur cashflow di rekening. Pihak surveyor nggak menanyakan keterangan transaksi lain selain gaji di dalam kertas rekening koran. Yang dicek adalah tanggal gajian, misalnya saya gajian tanggal 27 tiap bulannya, tapi beberapa bulan lalu ada transferan gaji yang masuk lebih awal, karena tanggal 27 bertepatan dengan hari Minggu misalnya.
Pertanyaan lain yang diberikan ke saya seperti berapa jumlah bersaudara, tujuan mengambil rumah apa. Disini juga dipertanyakan mengenai pilihan mau ambil jangka waktu berapa tahun untuk kepemilikan rumah serta kisaran nominalnya dan pastinya pihak surveyor juga memperkirakan apakah nasabahnya sanggup atau tidak untuk membayarnya. Jadi, pastikan kita nih harus yakin dengan jawaban kita sendiri.
Proses Akad Rumah
Kelar urusan interview dengan pihak Bank, ya udah saya nyantai aja sambil memantau berita perkembangan pembangunan rumah dari pihak developer.
Baru diawal bulan April lalu, saya dihubungi oleh marketing developer apakah bisa keesokan harinya untuk proses akad notaris. Tentu saja bisa.
Pagi-pagi saya sudah berada di kantor bank, disini saya harus tanda tangan berkas akad bank dan notaris serta agunan. Dan yang bikin saya kaget adalah ternyata pihak marketingnya sekalian menyerahkan kunci rumah. Ternyata saya melewatkan sedikit perkembangan pembangunan rumah, sampai-sampai nggak update kalau rumah sudah jadi. Lagi-lagi saya terharu, nggak nyangka saya bisa tandatangan berkas akad rumah atas nama saya sendiri.
Masa Garansi Rumah
Jadi, ketika proses akad notaris, pihak marketing juga menjelaskan mengenai perjanjian berikutnya yaitu masa garansi rumah. Untuk developer perumahan saya ini, nasabah diberikan waktu selama 2 bulan untuk mengecek keadaan rumah, apakah ada yang kurang sreg dari segi konstruksi, seperti misalnya lantai yang kurang pas, atau ada bagian-bagian rumah lain yang nggak benar masangnya.
Jadi selama 2 bulan, beberapa minggu sekali, saya cek kondisi rumah, seperti saat habis hujan deras, apakah ada tembok yang ngrembes atau lembab atau tembok yang retak mungkin. Kondisi lampu apakah menyala dengan baik, aliran air apakah mengalir dengan lancar.
Dan bulan Juni ini adalah masa terakhir dari masa garansi rumah, jadi saya harus memberikan laporan ke developer, karena saya menemukan beberapa bagian rumah yang menurut saya nggak bagus dan minta dibenerin.
Sepertinya cukup segini aja cerita soal lika liku membeli rumah berdasarkan pengalaman pribadi. Bagi teman-teman yang berencana memiliki impian rumah sendiri, semangat.
Selamat Mbak Ainun untuk rumahnya, semoga berkah dan menjadi rumah yang nyaman bagi yang punya. Saya dan keluarga pas daftar KPR untungnya ga disurvei sampai ke kantor, cukup kelengkapan berkas saja hehe. Jadi kapan house warming nih
ReplyDeletehehehe makasih mas Cipu. Model survey sekarang malah ada yang via telpon aja, seperti punya temenku, jadi bisa cukup tenang.
DeleteMantap tuh pengajuan mas Cipu, disurvey dari segi kelengkapan berkas, sat set gitu ya
hahahha belum tau ini kapan house warmingnya, pengennya secepatnya
Selamattt Mba Ainun buat rumah barunyaa.. hihi. 😁 Selamat mengisi2 ria.
ReplyDeletehahaha ngisinya juga nggak mudah, saving saving dulu kayaknya :D
DeleteAku jadi tau kalo mau apply pinjaman rumah sampe didatangin ke kantor mba.
ReplyDeleteMungki Krn aku dan suami kerja di bank, jadi kami udh dapat benefit housing loan dari bank tempat kerja. So kalo mau ngajuin pinjaman rumah, ya pihak kantor tinggal survey rumahnya 😄. Trus kluar deh uang pinjaman. Agak lebih gampang, Krn toh data2 kami udh ada di database mereka.
Selamat buat rumah barunya Mbaaa. Pasti seru nih kegiatan beli beli perabotnya 😄👍
kayaknya kalau KPR di Jember sini biasanya disurvey kantornya mbak. Dan ada juga via telepon dulu ke bagian pimpinan atau HRD, ini biasanya faktor keberuntungan. Ada case temenku ga diacc karena telpon dari pihak bank tidak diangkat sama HRD kantornya.
Deleteada juga temenku yang ngajuin di developer lain dengan bank yang berbeda malah disurvey online, karena posisi kantor banknya kebetulan di Jember nggak ada cabangnya. Cuman waktu wawancara sama pihak bank, temenku disuruh datang ke kantor developernya buat interview di kantor developernya secara tatap muka.
dan proses pengajuan mbak Fanny ringkas juga ya, pihak bank otomatis tau kalau nasabahnya udah pasti kerja di kantor A misalnya, jadi ga perlu dateng ke kantor langsungg yak.
hahaha PR beli barang barang ini mbak
Woooh selamat mba ainun, ciyee rumah baru niih. Moga moga saya juga segera punya raj sendiri, hehe. Aamiin
ReplyDeleteSelamat ya Mbak Ainuuun. It's a long journey but i think it's worth it.
ReplyDeleteMakin kesini mutusin untuk beli rumah emang ga gampang ya. Ada ga cuma puluhan, tapi ratusan pertimbangan. Apalagi kalo yang pendapatannya seringkali tak menentu.
Yah, Bismillah saja. Semoga kelak saya juga akan diberikan jalannya untuk punya rumah sendiri.
ada yang baru beli rumah baru kayaknya? kapan undangan makan2 dan peresmianya mbak,,, ??
ReplyDeleteSemoga kelak saya bisa membeli rumah pribadi sendiri, tidak mengharapkan dari warisan keluarga. Bismillah...
ReplyDeletewiiih sudah jadi aja rumahnya! Selamat untuk rumah barunya kak Ainun! Yang paling seru selanjutnya adalah saat isi rumah! Hehehe mulai hunting perabotan lucu-lucu atau liat design-design interior di Pinterest hehehe
ReplyDeleteBTW pastiin kebocoran rumah juga kak Ainun dan cek plafon atau tanya juga material kayu yang dipake sudah anti rayap belum. Soalnya pernah tuh rumah kakak iparku dirayapin jadi musti ganti kusen pintu dan lainnya. 😑 Biaya lagi kan jadinya
Selamat, ya, atas rumah barunya, Mbak Ainun. Semoga betah. Btw, saya baru tahu ternyata dalam proses pengajuan pembelian rumah itu ada masa garansinya. Jadi, kalau ada yang tidak sesuai bisa diperbaiki, ya.
ReplyDeleteJadi nambah wawasan nih, ternyata saat membeli rumah ada garansi saat survey pembangunan rumah ya. Benar-benar gak terpikirkan oleh saya sih, pantas saja rumah yang kami beli brp tahun yg lalu itu kaq model bangunannya kayak agak rapuh gitu. Untungnya belum ditempatin sih hehe
ReplyDeleteBenar-benar nambah wawasan banget nih kisah dari kakaknya. Bisa digunakan sebagai referensi saya nanti sama do'i semisal ingin beli rumah juga.
ReplyDeleteseru-seru sedap deh rasanya saat beli rumah, waktu itu saya juga sempat ganti bank karena prosesnya lama banget di bank awal
ReplyDeletetipsnya bermanfaat banget lo mbak bagi yang belum punya pengalaman membeli rumah dengan cara kredit
Hihii.. deg-degan ya, Mbak pas disurvei. Alhamdulilah dilancarkan. Semoga ke depannya juga lancar sampai lunas semuanya. Aamiin.
ReplyDeleteWah, selamat buat rumah barunya. Semoga saya juga bisa membeli rumah. Pasti deg-degan ya saat disurvey lolos nggak nih hehe.
ReplyDeleteBaru tahu kalau ternyata rumah itu ada garansinya ya. Beruntung banget semisal dapat developer yang bisa akomodasikan fitur garansi ini.
ReplyDeletewahhh tahniah sebab bakal miliki rumah sendiri. prosesnya tampak mudah tapi saya tahu ia tak semudah yang dikata... (anies)
ReplyDelete