Buku adalah jendela dunia.
Itulah sebabnya, saya berangan-angan suatu saat bisa menginjakkan kaki di negara-negara yang dari kecil sering saya baca di buku ensiklopedia.
Kenangan sewaktu masih TK dan SD memang nggak terekam di kepala dengan baik, jadi hanya momen-momen tertentu saja yang bisa saya ingat. Seperti momen dimana saya cukup sering bepergian road trip menyusuri Pulau Jawa sampai ke Jakarta, entah berapa kali saat masih SD saya bolak-balik ke Jakarta, yang pasti naik bis tingkat saat itu adalah kenangan terindah saya di tahun 90-an. Saya masih ingat ketika di Blok M Jakarta panas-panasan mencari angkutan umum dan merasakan naik bajaj juga.
Dulu saya mengira kalau untuk traveling membutuhkan biaya yang besar.
Tidak, itu salah besar.
Semakin beranjak dewasa seperti saat duduk dibangku kuliah, saya mengenal istilah Hitchhiking atau yang seringkali disebut hitching, yaitu suatu gaya dalam melakukan perjalanan dengan cara menumpang kendaraan orang lain sehingga biaya transportasi yang dikeluarkan untuk melakukan perjalanan tersebut adalah nol rupiah.
Banyak istilah perjalanan yang saya ketahui, seperti backpacker, flashpacker dan seringnya membaca buku traveling atau novel dengan latar belakang cerita traveling membuat saya mengerti perbedaan cara seorang pejalan melakukan traveling.
Waktu masih kuliah dulu, keinginan saya bisa bepergian ke negara tetangga yaitu Singapura, ini juga karena melihat teman saya yang sudah lebih dulu ke Singapura dan membuat saya termotivasi juga.
Saya jadi teringat filosofi Jawa, sawang sinawang yaitu perilaku untuk nggak membandingkan kehidupan pribadi dengan kehidupan orang lain.
Ya, ketika kuliah saya hanya bergumam dalam hati
“Kok bisa teman saya pergi ke negara Singapura ya, apa karena dia anak orang berada, apa-apa tinggal minta dan dituruti?”
“Suatu hari nanti, saya harus ke sana juga” ini tekad saya
Setelah memasuki dunia kerja, keinginan untuk tetap pergi ke Singapura masih terus ada. Sama seperti karyawan lainnya jika mempunyai keinginan akan suatu hal pasti berupaya untuk mencapainya, apalagi sudah mempunyai pendapatan sendiri. Yup, menabung kuncinya.
Terbiasa saat kuliah melakukan trip singkat dari Malang ke Surabaya, membuat saya terlatih untuk mengenal beragam karakter orang yang ditemui di perjalanan, dari mulai naik bis sendiri, naik kereta api, naik angkutan umum bahkan mungkin sampai didorong-dorong penumpang lain di terminal Purabaya pernah saya alami dan membuat saya jadi punya cukup keberanian juga saat berhadapan dengan masyarakat yang lebih luas dan bagaimana harus bersikap jika menemui kendala di perjalanan. Ya, secara nggak langsung sebuah perjalanan melatih kemandirian saya.
Dan ternyata banyak cara juga untuk bisa menekan biaya perjalanan seperti bergabung dengan komunitas Couchsurfing, yaitu sebuah komunitas yang beranggotakan traveler dari seluruh dunia. Tentu saja ini wawasan baru buat saya di dunia traveling.
Keinginan untuk bisa mengeksplore berbagai tempat di bumi ini, membuat saya nekat membeli sebuah tiket pesawat dan memilih secara acak kemana tujuan saya. Sampai akhirnya saya menginjakkan kaki di Pulau Kalimantan, yaitu di Banjarmasin.
Nggak banyak uang saku yang saya bawa saat memutuskan traveling ke Banjarmasin, beruntung dengan bergabungnya saya di komunitas Couchsurfing, saya mencoba memberanikan diri untuk meminta bantuan dari teman-teman Couchsurfing apakah berkenan jika saya menumpang tidur di rumah mereka. Menginap di rumah teman-teman Couchsurfing pastinya memberikan saya sebuah pengalaman berharga, saya jadi bisa merasakan menginap di rumah panggung yang sebagian besar dindingnya terbuat dari kayu. Selain itu tentu saja saya bisa mengenal keluarga teman baru Couchsurfing ini dan ternyata seisi rumah menyambut saya dengan baik.
Sesekali memang saya memadukan cara menginap yang berbeda ketika melakukan traveling, misalkan seperti di Banjarmasin tadi, ada kalanya untuk dua hari menginap di rumah teman dan selanjutnya memilih menginap di hotel.
Meskipun nggak menginap di rumah teman Couchsurfing juga nggak masalah, karena saya masih bisa membuat janji dengan mereka untuk sekedar hangout atau berkumpul bersama sambil bertukar cerita pengalaman traveling masing-masing. Inilah keuntungannya, saya mempunyai banyak teman dari hobi traveling.
Nggak hanya bergabung dengan komunitas traveler dunia, saya juga bergabung dengan komunitas traveler dalam negeri seperti Backpacker Indonesia dan komunitas traveler lokal dari daerah saya di Jember yaitu Jember Backpacker. Mempunyai banyak teman yang sefrekuensi karena sama-sama suka jalan-jalan memang menyenangkan dan memang lebih banyak spontanitasnya.
Seperti misalnya, teman saya merencanakan untuk camping di pinggir pantai pada saat weekend dan rencana ini terkesan mendadak, tapi ketika diinfokan di grup komunitas nggak nyangka kalau responnya juga disambut dengan baik. Alhasil jalan-jalan dadakan murah meriah berlangsung dengan lancar. Kegiatan berkumpul, melakukan trip singkat bersama sahabat-sahabat merupakan cara untuk melupakan kepenatan dari aktivitas di kantor.
Dari pengalaman traveling yang saya lakukan sampai sekarang, cerita perjalanan yang berkesan adalah saat saya nekat melakukan perjalanan dalam rangka merayakan hari ulang tahun. Dibilang nekat karena saya nggak yakin apakah saya akan baik-baik saja nantinya, meskipun melakukan perjalanan sendirian atau solo trip kali ini memang bukan yang pertama kali. Karena saya sudah terlanjur membeli tiket dengan tujuan Surabaya ke Kuala Lumpur dan kemudian dilanjutkan ke Vietnam, akhirnya saya putuskan untuk tetap berangkat.
Saya menghibur diri sendiri dengan kata-kata penyemangat seperti “aku bisa”, “jangan takut”, “ini bukan traveling sendirian yang pertama kali, bisa, pasti bisa”
Pastinya yang membuat saya ragu berangkat adalah ketika saya mencari informasi di internet mengenai situasi di negara Vietnam apakah aman untuk perempuan yang bepergian sendiri. Banyak cerita yang saya baca, kalau di Vietnam banyak copet dan usahakan kalau perempuan jangan jalan sendiri di jalanan yang sepi. Nyali saya langsung menciut ketika membaca berita yang beredar di dunia maya dan lagi-lagi meyakinkan diri kalau saya pasti bisa. Karena kalau nggak berangkat sekarang, belum tentu besok bisa mendapatkan tiket dengan harga murah seperti yang saya dapatkan kali ini dan ini kesempatan saya untuk mengukur sejauh mana keberanian dan kemandirian saya di negara yang mendapat julukan The Land of Blue Dragon.
Saya sendiri kalau melakukan perjalanan juga mempunyai batasan biaya, yang meliputi uang akomodasi, uang untuk kulineran atau makanan dan kalau untuk alokasi dana oleh-oleh bukan suatu kewajiban.
Penerbangan yang saya ambil dari Surabaya menuju Kuala Lumpur adalah malam hari dan keesokan paginya mengambil jadwal penerbangan pertama untuk menuju ke Penang lebih dulu. Sehingga, saat saya tiba di Kuala Lumpur menjelang tengah malam, saya memutuskan untuk menginap di bandara. Nggak saya sangka ternyata yang menginap di bandara KLIA bukan hanya saya saja. Hampir tiap sudut di bandara penuh dengan wisatawan yang tidur di lantai hanya beralaskan koran dan saya juga melakukan hal yang sama, selonjoran sambil sesekali memejamkan mata karena harus menjaga barang bawaan saya.
Kunjungan saya ke Vietnam juga memberikan pengalaman berbeda ketika memutuskan untuk menginap di hotel capsule. Ya, kurang lebih di awal tahun 2015-an, lagi ramai-ramainya konsep penginapan seperti kamar astronot yang sempit dan bentuknya unik dan bisa saya wujudkan di Ho Chi Minh City, Vietnam.
Kecintaan saya akan negara Vietnam membuat saya berharap bisa kembali lagi ke negara ini, selain karena belum semua tempat bisa dikunjungi ternyata Vietnam mempunyai banyak destinasi wisata yang menarik. Nggak hanya Vietnam yang menarik perhatian saya, tetapi juga negara tetangganya seperti Kamboja dan Laos.
Wishlist Perjalanan Menurut Kata Hati
Menyimpan impian untuk bisa kembali lagi ke negara Paman Ho masih terus membara di diri saya. Nggak hanya mengeksplore wilayah Vietnam Selatan saja tetapi juga melakukan road trip sampai ke Vietnam bagian Utara. Banyak informasi yang saya dapatkan ketika berselancar di internet mengenai tempat wisata yang menarik, wisata kuliner dan wisata budaya yang belum sempat saya kunjungi.
Entah kenapa, negara Vietnam seperti memberikan magnet untuk saya dan membuat siapapun yang berkunjung ke negara ini pasti ingin kembali lagi.
Di kesempatan kedua kalau saya balik lagi traveling ke Vietnam, diusahakan jangan menyia-nyiakan waktu yang ada. Jadi, saya akan membuat itinerary perjalanan yang padat dan pastinya tetap menyenangkan.
Ini wishlist itinerary saya :
Hari Pertama :
Setibanya di Ho Chi Minh atau Saigon, dari bandara saya menuju ke hotel yang sudah saya pesan melalui Traveloka yaitu Central Park Saigon Hotel yang berlokasi di Distrik 3 dengan menggunakan taksi.
Di hari pertama, saya akan mengunjungi beberapa tempat ikonik di Ho Chi Minh City, yang akan dimulai dari pagi hari sampai menjelang petang. Untuk mempermudah akses saya menuju lokasi wisata yang berada di luar pusat kota, saya memilih menggunakan Paket Tur yang ada di Traveloka. Di aplikasi Traveloka sudah disediakan fitur Xperience, saya tinggal memasukan nama negara yaitu Ho Chi Minh City dan nantinya akan muncul beberapa pilihan aktivitas yang bisa dipilih.
Kali ini saya memilih mengunjungi 5 destinasi wisata, seperti :
Basilika Notre Dame Saigon atau Gereja Katedral Saigon
Gereja Katedral Saigon dibangun oleh kolonialis Perancis diantara tahun 1863 dan 1880. Gereja ini memiliki dua Menara lonceng dengan ketinggian 58 meter. Bangunan gereja ini menjulang tinggi di distrik 1 dan didominasi dengan warna merah pada dindingnya. Katedral ini merupakan peninggalan Perancis semasa menguasai Indochina.
War Remnants Museum atau Museum Sisa Perang
Destinasi berikutnya yaitu menuju War Remnants Museum. Disini saya akan melihat sisa-sisa kekejian dari perang Vietnam. Di halaman museum terdapat pajangan kendaraan perang seperti tank, pesawat perang dalam berbagai ukuran.
Di bagian dalam museum selain menampilkan foto-foto saat masyarakat Vietnam melawan penjajah, juga ada ruangan atau penjara dan alat yang digunakan untuk menyiksa tawanan. Berkunjung ke tempat bersejarah seperti ini membuat wawasan saya bertambah, jadi juga bisa mengenal sejarah perang di negara lain.
Kantor Pos Saigon atau Saigon Central Post Office
Kantor pos ini terletak di pusat kota Saigon dan bersebelahan dengan Saigon Notre Dame Basilica. Bangunan ini merupakan peninggalan sejarah yang dibangun pada akhir abad ke-19.
Cu Chi Tunnels
Tujuan berikutnya yang jangan ketinggalan untuk dikunjungi yaitu Cu Chi Tunnels atau Terowongan Cu Chi. Mengunjungi terowongan ini membuat saya juga merasakan bagaimana dulunya gerilyawan Viet Cong bersembunyi dari musuh-musuhnya di dalam goa yang sempit dan mencoba bertahan hidup.
Meskipun di dalam goa, ternyata ada rumah sakit darurat dan juga dapur. Ini yang membuat saya kagum.
Pagoda Kaisar Giok
Klenteng Kaisar Giok juga sayang kalau saya lewatkan. Klenteng ini dikenal dengan ukiran kayu dari lantai hingga langit-langitnya. Pagoda ini dibangun pada peralihan abad 20 untuk para migran Kanton.
Klenteng ini akan ramai dikunjungi pada selama hari libur tradisional, termasuk Tahun Baru Imlek dan Festival Pertengahan Musim Gugur
Hari Kedua :
Di hari kedua, saya masih menginap di Central Park Saigon Hotel.
Yang membuat saya masih betah untuk menginap di Central Park Saigon Hotel yaitu karena lokasinya dekat dengan Pasar Ben Thanh yang banyak menjual aneka kuliner atau jajanan khas lokal.
Hari kedua ini saya akan mengunjungi gurun pasir yang berada di Kota Mui Ne. Perjalanan yang akan saya tempuh dari Ho Chi Minh yaitu sekitar 5 jam. Jadi saya akan berangkat pagi-pagi dengan menggunakan bis.
Ada dua jenis gurun di Kota Mui Ne yaitu Red Sand Dunes dan White Sand Dunes. Di gurun pasir ini, saya juga bisa menyewa ATV untuk berkeliling gurun.
Hari Ketiga :
Di hari ketiga, saya akan melanjutkan perjalanan menuju Kota Da Nang dengan menggunakan pesawat yang lagi-lagi saya pesan melalui Traveloka yaitu dengan maskapai Bamboo Airways dengan jam penerbangan saya pilih pagi hari. Kali harga yang saya dapatkan juga cukup murah yaitu sekitar 400 ribuan.
Untuk penginapan di Da Nang, saya memilih menginap di Mitisa Hotel. Dari foto-foto di aplikasi Traveloka terlihat hotel ini bersih dan di rooftop-nya bisa melihat view Kota Da Nang dari ketinggian. Keren banget.
Destinasi saya kali ini yaitu :
Da Nang Katedral
Da Nang Katedral atau yang terkenal dengan sebutan Gereja Pink karena bangunannya yang berwarna pink memang menarik perhatian wisatawan termasuk saya.
Gereja ini dibangun pada masa penjajahan Perancis pada tahun 1923 oleh seorang pendeta Bernama Louis Vallet.
Dragon Bridge
Selanjutnya menuju lokasi ikonik dari Da Nang yaitu sebuah jembatan, yang disebut dengan Dragon Bridge. Jembatan ini memiliki arsitektur yang unik, yaitu dengan adanya tambahan ornamen berbentuk ular naga.
Untuk malam harinya, saya akan berkeliling kota Da Nang dan tentu saja wisata kuliner.
Hari Keempat :
Di hari keempat ini, saya akan bersenang-senang di Ba Na Hills. Impian banget bisa datang ke taman bermain ini.
Biar mudah akses menuju ke Ba Na Hills, saya memilih menggunakan fitur Xperience dari Traveloka. Ada banyak pilihan paket tur yang bisa saya pilih dengan harga yang relatif terjangkau.
Di Ba Na Hills terdapat banyak pilihan permainan yang bisa saya nikmati, salah satunya adalah berkunjung ke Golden Bridge. Nggak hanya berfoto dan menikmati view Ba Na Hills dari Golden Bridge saja, di area Ba Na Hills juga ada French Village. Berada di French Village membawa kita ke suasana Eropa dengan bangunan khasnya yang menyerupai kastil.
Hari Kelima :
Destinasi impian saya selanjutnya yaitu Kota Hoi An. Dari Da Nang ke Hoi An, saya menggunakan moda transportasi shuttle seperti mobil travel. Kendaraannya nyaman dan jumlah penumpang juga terbatas dengan jam keberangkatan yang saya ambil yaitu pagi hari. Tarif naik kendaraan travel dari kota Da Nang menuju Hoi An juga terjangkau, yaitu nggak sampai 50 ribu.
Oya, Hoi An merupakan sebuah kota yang diangkat sebagai situs warisan dunia oleh UNESCO. Berkunjung ke Hoi An nuansanya membawa saya ke era zaman dulu, terkesan oldies gitu. Yang menarik dari Hoi An yaitu lampion yang berada di area turis dan benar-benar menarik.
Hari Keenam :
Di hari keenam, saya akan kembali ke Kota Da Nang dengan menggunakan kendaraan privat lagi langsung menuju Bandara Internasional Da Nang dengan tujuan selanjutnya yaitu menuju Hanoi.
Maskapai yang saya pilih yaitu Vietnam Airlines dengan jam penerbangan kurang lebih sekitar jam 10 pagi, supaya tiba di Hanoi nggak terlalu sore.
Setibanya di Hanoi, tentu saja saya akan wisata kuliner dan mengunjungi Danau Hoan Kiem sambil melihat aktivitas warga lokal.
Hari Ketujuh :
Destinasi wisata di Hanoi yang nggak boleh saya lewatkan yaitu mengunjungi Ha Long Bay.
Teluk Ha Long merupakan sebuah teluk seluas 1.500 km² di sebelah utara Vietnam dan memiliki garis pantai sepanjang 120 km
Di Ha Long Bay, saya bisa meyaksikan keindahan alam seperti menyusuri goa dengan menggunakan kapal dan menikmati laut yang berwarna biru toska dengan sajian pulau-pulau berbatu kapur yang tinggi.
Oya, Ha Long Bay masuk menjadi salah satu 7 keajaiban dunia versi New 7 Wonders Foundation. Pastinya saya nggak mau melewatkan untuk mengunjungi Ha Long Bay ini.
Hari berikutnya saya bersiap-siap untuk kembali ke tanah air dengan menggunakan layanan dari Traveloka juga.
Wujudkan Impian Liburan ke Vietnam bersama Traveloka
Sekarang ini untuk memimpikan sebuah perjalanan liburan benar-benar dimudahkan, saya rencanakan liburan di Traveloka karena apa yang saya cari sudah disediakan, seperti maskapai yang digunakan dari Indonesia sampai maskapai domestik ketika berada di Vietnam semua ada. Nggak hanya untuk memesan tiket pesawat saja, di Traveloka juga bisa memesan hotel, tiket untuk masuk ke taman bermain, paket tur, membeli asuransi perjalanan dan juga tiket bus.
Mengapa memilih Vietnam?
Saya memilih negara Vietnam untuk tujuan destinasi kali ini karena alasan :
1. Sejarah
Saya senang dengan pelajaran sejarah dan di Vietnam terdapat banyak destinasi dimana saya juga bisa belajar sejarah dan melihat langsung peninggalan sisa perang zaman dulu. Seperti Cu Chi Tunnels misalnya, di sini saya jadi mengetahui bagaimana perjuangan tentara Vietnam berjuang melawan penjajah sampai harus bersembunyi di terowongan yang pengap.
Di War Remnants Museum juga dipajang banyak foto-foto kekerasan ketika perang. Penjajah nggak pilih kasih dalam hal perang, bahkan anak kecil dan balita juga ikut merasakan penderitaan. Dengan mengunjungi destinasi tersebut, pastinya menambah wawasan baru untuk saya.
2. Situs Warisan yang sangat menarik
DI Vietnam terdapat beberapa lokasi yang diakui sebagai situs warisan oleh UNESCO, seperti Ha Long Bay dan Kota Tua Hoi An.
Selama ini saya melihat foto-foto dan membaca kisah dari traveler lain yang sudah kesana, menjadikan destinasi tersebut wishlist ketika nantinya saya pergi ke Vietnam.
Kota Tua Hoi An yang sampai sekarang masih terjaga kelestariannya, penataan sudut-sudut kotanya dibuat semenarik mungkin, sehingga membuat wisatawan tertarik mengunjunginya.
Ha Long Bay yang benar-benar menghipnotis saya untuk bisa pergi kesana, karena kalau dilihat dari foto-fotonya terlihat sama seperti Raja Ampat di Papua. Pemandangan alamnya bagus banget.
3. Terjangkau
Alasan ketiga yang membuat saya ingin mengunjungi destinasi wisata di Vietnam adalah karena terjangkau.
Biaya hidup di Vietnam terbilang murah dibandingkan dengan Singapura. Di Vietnam, saya bisa mengeksplore kuliner nggak harus masuk ke restoran mewah, tetapi juga bisa menikmati kuliner khas di pinggir jalan dengan harga yang ekonomis.
Tiket wisata ataupun tarif untuk mengikuti tur lokal di Vietnam juga terjangkau, mulai dari 100 ribuan saya sudah bisa mengikuti tur keliling kota Ho Chi Minh.
Banyak cara untuk menikmati hidup, apapun cara yang kita pilih adalah yang nyaman menurut versi diri kita. Misalnya seperti memutuskan untuk liburan, mau pilih versi backpacker dengan membawa tas backpack yang besar atau memilih model traveling dengan membawa koper, semua itu ada di tangan kita. Iya, kita bebas untuk menentukan.
Ikuti suara hati karena kita sendiri yang lebih tahu mana yang terbaik untuk kita.
Rehat sejenak dari aktivitas dan ambillah cuti untuk kembali lagi mengeksplore dunia bisa dijadikan solusi. Semua kebutuhan liburan dalam rangka #LifeYourWay juga sudah disediakan dengan mudah oleh Traveloka, saya dan teman-teman yang lain bisa bebas memilih destinasi apa yang ingin dikunjungi, karena kategori di Traveloka sangat beragam.
Jadi, sudah siapkah mengeksplore dunia lagi? Yuk bareng sama saya.
Waktu gadis saya pernah traveling ala backpaker. Ternyata seru dan bisa hemat budget. Tapi sudah berkeluarga pikir-pikir lagi karena memprioritaskan kenyamanan anak. Semoga keinginannya kembali lagi ke Vietnam bersama Traveloka segera terwujud ya mba ^^
ReplyDeleteAku pas ngerasain masuk ke Chu chi tunnels, kayak sesak napas. Tapi paksain sampe akhirnya kluar. Langsung ga abis pikir ya mba, orang zaman dulu gimana caranya mereka bisa tahan survive di tempat begitu :(.
ReplyDeleteItulah yg bikin traveling jadi kayak candu. Kita banyak dpt pelajaran dari hal apapun.
Aku pernah kena scam di HCMC, tapi ga bikin aku kapok sih. Malah belajar hrs gimana kalo ntr kesana lagi. Msh pengen bgt dtgin sa pa, Hanoi, da nang, da lat dan halong bay juga pastinya
Saya yang baca aja sesak nafas Mbaaaa, apalagi yang ke sana beneran masuk hahahaha.
DeleteTapi keren sih, selalu suka Mba Fan kalau traveling itu, nggak setengah-setengah, pokoknya apapun ditaklukan, udah jauh-jauh ke sana kan ye :D
Vietnam sekarang jadi salah satu dari dua lawan terkuat untuk sepakbola indonesia. Satunya thailand. Secara peringkat, indinesia masih dibawah vietnam.
ReplyDeleteVietnam sudah sangat berkembang dan layak dikunjungi. Apalagi bebas visa seperti negara asean lainnya.
Saya tau nya cerita dari kakak yg pernah berlibur ke sana ,baru tau kalo Ho Chi Minh itu nama si paman Ho kayaknya kalo GK salah..kalo salah mohon maaf🙏.Istilah"dalam dunia per travelingan baru tau saya mbk..taunya cuman backpacker aja😁maklum jalan"belom jauh kemana "masih terbatas pulau Jawa dan Bali saja...mumpung masih muda dan sehat,alangkah bahagianya bisa keliling dunia..
ReplyDeleteMenumpang kendaraan orang lain saya tau istilahnya bukan hitching tapi ngoboy, dulu waktu masih sekolah saya sering ke jawa menumpang kendaraan orang lain yang keseringan ditumpangi itu truk atau mobil bak terbuka lainnya.
ReplyDeleteVietnam bagian Utara emang seru-seru tempat wisatanya dan cenderung dingin.
ReplyDeleteSering liat Ba Na Hills di IGSnya mba Eno, emang cakep tempatnya.
Kudu naik ke Golden Bridge yang fenomenal ituu. Tapi emang enak pas ngga musim liburan biar sepii.
Kalau aku pengen naik cable car di Sa Pa mbaa..