Weekend di awal minggu pertama April lalu, memang kepikiran kalau mau menghabiskan akhir pekan di Banyuwangi. Seperti biasa yang ada dipikiran cuma main dan refreshing biasa. Sehari sebelumnya sohib yang stay di Banyuwangi telepon kalau mau ajakin naik gunung. Nah lhoo.
Tiba di Banyuwangi, si sohib mempertegas lagi ajakannya
“Yakin mbak mau naik gunung? Ini ketinggiannya 2 kalinya naik Ijen”
Langsung browsing dan manggut-manggut ae kalau emang ketinggian Gunung Ranti 2 kalinya Ijen.
Kemudian sohib satunya mbak Tyas nyahut lagi
“Kalau nggak yakin, dirumah aja, nanti ke cafe kayak biasanya, gimana?”
Nahh makin bingung. Antara mau nolak tapi kok berasa sungkan dan penasaran, tapi kok 2 kalinya Ijen.
Akhirnya saya putuskan ikut, dengan perasaan setengah yakin nggak yakin gitu.
Perjalanan Menuju Kawasan Wisata Gunung Ranti
Sore jam 5, saya dan keempat teman sudah bersiap melaju dengan berboncengan 2 motor dan bawaan yang aduhai. Saya hanya membawa 1 backpack unyu dan totebag. Ampunnn dah ke gunung bawa totebag gaes, iya isinya cuma Hape.
Jadi, Gunung Ranti ini masih tetanggaan sama kawasan Kawah Ijen dan merupakan salah satu puncak dari Pegunungan Ijen dengan ketinggian 2.601 Mdpl.
Lokasinya berada di perbatasan Kabupaten Bondowoso dan Kabupaten Banyuwangi. Dan perjalanan dari Banyuwangi Kota ke Kawasan Gunung Ranti ini kurang lebih 1,5 jam dengan motoran santai. Entah kenapa perjalanan malam melewati hutan hutan di perbatasan dua kabupaten ini cukup serem juga ya, kalau saya sendiri kayaknya ogah lewat sana malam-malam. Untung saja ini ada lima orang.
Dan jam 18.30 saya sudah sampai di parkiran Kawasan Wisata Gunung Ranti. Astagahhhh area mulut plus gigi saya langsung gemerutuk, apa ya bahasanya, itu lho yang nggak kuat banget sama duinginnya cuaca.
Dari parkiran ini, saya sudah sempat mau menyerah nggak ikutan, belum naik saja, area mulut sudah dibuat kaku. Tapi herannya teman saya biasa saja sama cuacanya hahaha.
Di dekat area parkiran, tersedia homestay. Dan si sohib, Icha memastikan lagi dengan pertanyaan
“Mbak yakin nggak mau naik, mumpung belum naik, ini ada homestay, nginep sini, besok ketemu lagi”
Haduhh makin galau 🤣
Tapi saya malah keukeuh mau naik saja. Heran.
Jadi, si Icha ini membawa temannya yang sudah pernah mendaki ke Gunung Ranti, jadi lebih paham jalur juga.
Dan saya minta tolong temannya ini yang juga merangkap sebagai guide buat bawain tas backpack saya yang sebenarnya nggak terlalu berat seperti carrier kalau naik gunung. Rasanya kok nggak sanggup di punggung mau memikul beban si tas.
Seperempat perjalanan, sohib kembali bertanya
“Mbak, yakin mau nerusin, mumpung sampai sini, bisa turun lagi”
Yaelahh kalau turun berarti turun sendiri dong hahaha, ya mana berani.
“Lanjut saja dah”, jawab saya lemas
Jadi, karena pendakian malam hari dan hanya mengandalkan headlamp atau senter dari hape, nggak terlalu jelas juga saat itu jalurnya seperti apa.
Jalur pendakian awalnya masih lurus lempeng dengan sisi kanan kiri tumbuhan semacam tanaman tebu atau ilalang, nggak jelas juga soalnya malam.
Kalau malam nggak jelas tanaman apa, tapi kalau kena kulit perih euyy |
Yang jelas teman saya satunya lagi nyeletuk kalau ini bukan jalannya manusia, tapi jalannya air. Lah wong jalan nggak ada lebar lebarnya, seperti jalan setapak kalau ke sawah. Tipikal jalannya juga zig zag dan terus menanjak.
Sepanjang perjalanan nggak terhitung berapa kali saya dan rombongan berhenti, untungnya saya jalan bareng sama teman yang pengertian. Nggak egois gitu, kalau temannya capek ya ikut berhenti, meskipun saya tahu sohib saya ini demen naik gunung.
Jalannya seperti ini, kalau malam nggak jelas |
Dan saya sendiri jalannya nggak ngoyo, gimana mau ngoyo kalau jalannya kayak model diseret saking capeknya.
Perjuangan Menuju Puncak Gunung Ranti
Hampir separuh perjalanan, saya merasa sudah nggak sanggup, mau pingsan, tapi berharap nggak ingin pingsan ditengah kondisi seperti naik gunung ini. Akhirnya teman saya paling belakang menginfokan ke teman-teman yang lain untuk berhenti istirahat lagi.
Ambil nafas perlahan, hembuskan, mencoba tenang, rileks, minum air putih dikit-dikit sambil mengumpulkan tenaga lagi, begitu saja terus tiap istirahat.
Pendakian yang hanya berjumlah 5 orang, 3 cewek dan 2 cowok ini awalnya hanya berisik soal guyonan teman-teman yang saling menimpali, tiba-tiba dibagian belakang ada suara rombongan lain yang berjumlah cukup banyak dan kita disalip.
Baidewei, perjalanan saya sampai disalip rombongan lain ini sudah berjalan kaki selama kurang lebih 5 jam, dan hebatnya rombongan ini sudah bisa menyalip kita secepat itu.
Setelah berjalan kaki dengan jalur yang naik naik dan naik terus selama 6 jam, akhirnya saya sampai puncak. Finally.
Angin di puncak luar biasa kencang, teman-teman langsung sigap pasang tenda dan si Icha langsung menyiapkan peralatan masak untuk makan malam. Saya? Milih leyeh leyeh di gazebo kayu yang sudah reyot.
Untuk milky way-nya gimana? Karena saya nggak ada niatan buat melihat milky way, jadi memilih tidur saja sampai pagi.
Asli saking anginnya gede banget, meskipun sudah pakai sarung atau apapun di dalam tenda, tetap duinginnn poll.
Jadi malam itu saya pindah tidur di dalam tenda, di atas puncak gunung. Pffttt…
Menyambut Pagi di Puncak Gunung Ranti
Karena nggak berniat buat sunrise-an, jadi saya memilih tetap stay di dalam tenda, sampai teman membangunkan dan siap untuk sarapan hahaha.
Pagi itu juga nggak nampak semburat sinar matahari pagi, kata si Icha yang memang sudah bangun dari pagi. Suasana di sekitar puncak dipenuhi dengan kabut.
Sarapan dulu |
Selesai sarapan ala-ala western buatan si Icha, teman-teman mulai membongkar tenda dan beres-beresin sampah kita. Iya tetap ya, turun kebawah bawa gembolan sampah sebesar tas kresek gede.
Perjalanan Turun dari Gunung Ranti
Saya mulai turun sekitar jam 9 pagi dan ketika perjalanan turun ini, saya bisa melihat dengan jelas medan semalam yang dilewati seperti apa. Dan memang gilaakkk, parahh bener hahahaha, pantesan saja kalau naiknya sampai ngoyo.
Dan nggak terhitung berapa kali saya dan rombongan berhenti untuk istirahat. Nggak heran juga kalau rombongan saya sudah disalip banyak grup ketika turun dan mereka semua cepat banget jalan ketika turun.
View dari perjalanan |
Perjalanan turun dari Gunung Ranti ini menghabiskan waktu kurang lebih 4 jam. Lebih cepat ketika waktu turun daripada waktu naik.
Tenaga 3 cewek ini sudah lemah ketika turun, jadi si Icha minta 2 cowok temannya buat turun lebih cepat dan mengambil motor untuk menjemput ketika sudah di area yang landai.
Gantian nunggu dijemput motor |
Dan waktu kita sudah sampai area parkiran, rombongan tim pendaki yang tadi menyalip saya, sudah nggak nampak lagi. Hebat banget, dari turun gunung langsung bubar jalan gitu.
Lahh kita pas sudah sampai area parkiran masih istirahat, rebahan dulu di rerumputan dan masih ada yang bikin mie saking laparnya.
Kalau ada yang ngajakin ke Gunung Ranti ini, sepertinya saya bakalan menolak. Cukup sekali ini saja naiknya. Ampunn
Intermezzo ketika sudah perjalanan turun gunung, teman cewek saya cerita ketika naik semalam, seperti mendengar visual visual “dunia lain” gitu, tapi sama dia di bawa santai.
Kalau saya boro-boro denger suara aneh-aneh, mikirin bawa badan sendiri sudah nggak sanggup dan memang waktu naik saya nggak pernah mikir sampai ke arah sana, positive thinking saja dan lelah mau mikir yang aneh-aneh.
Kesalahan saya waktu naik kemarin juga nggak memakai sepatu khusus naik gunung, jadi hanya sepatu boot biasa dan hasilnya otomatis mata kaki saya mengalami lecet karena gesekan dari kulit sepatu tadi yang kurang nyaman.
Jadi, bulan April kemarin energi saya lumayan terkuras setelah naik gunung 🤣
Kira-kira ada cerita naik gunung lagi nggak ya nanti?
Aku dukung Mbak buat ada cerita naik gunung lagi berikutnya! Hihihi
ReplyDeletehuwaaa hahahaha aku ga yakin, cita cita pengen naik Rinjani belum terlaksana, tapi pas naik ke Ranti ini jadi mikir lagi
Delete"Rinjani nggak ya"
Berarti diBanyuwangi Gunung2 yang berderet namanya beda2 yaa mbak Isna...Hampir sama kaya pegunungan yang berada didaerah Bogor Barat. Banyak gunung tetapi punya nama yang berbeda-beda meski masih satu deretan.😊😊
ReplyDeleteAkhirnya sampai juga mbak Isna dipuncak gunung Ranti dan dapat bonus Roti isi daging dan salad..🤣🤣🤣
Kayaknya kalau saya lihat dari gambar2 diatas lokasinya memang cukup Ekstrim atau aura mistisnya juga berasa sampai kesini..😁😁😁
Sok tahu banget gw yeee...Kesana juga belum pernah udah ngasih kesimpulan..🤣🤣🤣
Kenapa namanya Gunung Ranti??? Pasti ada sejarahnya kali yee..😊😊 Atau mungkin dulu ada Bidadari namanya Ranti dan menetap disana hingga sekarang...Waahh kalau benar begitu mau deh gw daki kegunung Ranti.😳😳😳😳🤪
iya betul sekalehhh kang Sat.
Deletedan aku baru tau ada nama Gunung Ranti, waktu dulu lewat jalur Bondowoso - Banyuwangi ini, nggak perhatian dengan papan nama di pinggir jalan, kalau ada tulisan Kawasan Wisata Gunung Ranti
malah aku kira itu kayak bukit bukit biasa.
ternyata bukittt yang jauhnya berjam jam dengan jalan kaki. Dari jauh kayak keliatan kecil aja gunungnya, pas di daki yaelahhh capek juga hahaha
hahaha berasa sampe di Jakarta ya aura mistis gunung Ranti ini. Pasti "ada" ya penunggu penunggu di Gunung.
pas aku jalan malam itu, aku ga noleh ke sembarang arah selain ke arah depan dan ngeliatin bawah. Gelap juga sekelilingnya.
Mungkin bentuknya kayak tomat kang, jadi namanya Ranti. Kalau bahasa jawa, ranti = tomat kecil yang buat sambel
owhhhh iya bisa jadi dulu ada bidadari bernama Ranti ya hahaha
Baca tulisannya, jadi kangen ke gunung. walaupun baru sekali, tapi berkesan banget.
ReplyDeletePas di atas ngerasa kapok banget. Eh pas dah di bawah, kok sudah kepikiran 'kapan ya bisa naik gunung lagi'.
dan sampai sekarang belum dapat kesempatan lagi
:(
iya mas Ihsan pas mendaki gini dan ngerasain capeknya naik gunung, udah niat nggak dulu deh kalau mau naik gunung lagi
Deletedan pas udah ilang capeknya, jadi mikir lagi "naik lagi nggak ya" hahaha, emang galaunya kalau pas lagi capek kayaknya
wah mas Ihsan terakhir kali naik gunung apa mas?
Mantap mba aku belum pernah mendaki nih pengen deh suatu saat nanti sama keluarga hihi
ReplyDeleteperlu persiapan yang baik ya mbak, biar nggak capek juga pas tracking
Deletewah hebat mba bisa naik gunung, saya belum pernah naik gunung, nyerah deh kalau bayangin aja dah lemas
ReplyDeletesalam kenal mba dari jogja
salam kenal balik mbak
Deletehiks tapi perjuangannya mbak, melelahkan hahaha
Aku selalu amaze dengan cerita naek gunung. sesuatu yang rasanya udah berabad2 ngga pernah saya lakukan lagi, dan ragu apakah saya masih sanggup kl diajaki naik lagi hahahah. keren mba ainun!
ReplyDeletepadahal aku bukan anak gunung sejati, meskipun sempet pengen nyerah aja, tapi ya tetep lanjut
Deletekalau mau naik lagi perlu persiapan dan niat yang kuat pokoknya mbak
Awalnya yakin gak yakin tapi sampai puncak juga lho! Keren! Aku jadi kayak ikutan metik hikmahnya nih, Kak. Walau awalnya kita gak yakin akan sesuatu tapi kalau terus maju, nggak perlu ngoyo, santai dan banyak istirahat gak papa. Asal terus jalan, pasti bakal sampai puncak! Uhuy! Mantap!
ReplyDeletenah itu dia mbak aku berusaha mencoba mengalahkan rasa nggak sanggup tadi, pelan pelan aja naiknya, meskipun lama banget nyampenya hahaha
DeleteAsiik benar mba, aku belum pernah ke gunung loh mba... Tapi kalau aku disuruh mendaki juga emang banyak2 berhenti juga deh kayaknya mba ainun. Aku pilih gowes aja deh mba, hehehe :)
ReplyDeletemending gowes juga aku mbak hehe, kalau capeknya gowes masih mendingan. Capeknya naik gunung berasa banget mbak
DeleteWah aku sampai sekarang belum pernah naik ke puncak gunung, ternyata sudah kalah duluan sama mbak Ainun.
ReplyDeleteMemang serem naik ke gunung kalo malam hari, apalagi kanan kiri hutan doang ya. Itu kalo sampai motor bannya bocor gimana ya, apa ada tukang tambal ban di gunung?
Wow, teman mbak ada yang lihat penampakan ya, sepertinya kalo di gunung memang harus hati-hati ya. Sampah juga harus dibereskan dan dibawa turun, kalo ngga nanti ada yang ngintili.😱
hehehe ini aja juga nggak ada persiapan khusus mas Agus
Deletenaik malem hari widihhh berasa gimana gitu, tapi untungnya ini ramean,kalo sendiri mending enggak ya
di daerah sini nggak ada tukang tambal ban kalau di gunung mas Agung hahaha, untung aja kondisi motornya pada baik baik semua, pas rute malam yang dari banyuwangi mau ke kawasan ini, sama sekali nggak ada rumah warga, murni hutan tan pokoknya
bukan penampakan mas Agus, tapi kayak denger suara suara apa gitu, kalau aku malah ga denger sama sekali
huwaaaaa ngintili yo, iyo itu kudu jaga sikap kalau udah di alam kayak gini ya
wahh salut sama temen-temen yang kuat naik turun gunung, terakhir aku naik gunung ijen yang katanya masih landai aja engap hahhaha
ReplyDeleteaku salut lagi sama temen aku yang puluhan kali bahkan belasan kali aja naik ke Ijen, aku masih sekali mbak ke Ijen hahaha, dan kayaknya nggak mau lagi dah
DeleteBanyuwangi tuh wishlist sayaaaa udah dari lama pengen banget liburan ke sana, tapi gak naik gunung sih hahahaha. Gak bakal kuat aku, Kak. Mental dan fisikku mah loyo banget 😌😌😌
ReplyDeletehayukk mbak ke Banyuwangi, semoga segera tercapai ya dan semoga pandemi cepet kelar juga
Deleteiya mbak ga usah naik gunung, jalan jalan biasa aja, capek kalau naik gunung :D
Aku naik gunung baru ke Papandayan. Kalo Papandayan tracknya landai. Nah ini kayaknya menarik ya karena kalo aku liat dari fotonya itu tanah dan cukup challenging.
ReplyDeletebeda banget sama Track nya Papandayan ya mbak, kalau aku liat di internet, jalur papandayan masih ada yang lempeng lempeng luas gitu, lahh yang di Ranti ini nanjak terus terusan hahaha
Deleteseumur-umur gini aku belum pernah punya pengalaman mendaki gunung, belum ada kesempatan haha.. sepertinya seru karena kita jadi uji fisik kita sekuat apa nafas ini.
ReplyDeletemengenai tanaman yang bikin perih, apakah dia membekas setelah perihnya hilang?
iya Kok Deddy naik gunung kayak gini memang bener bener menguji kekuatan nafas ya, aku ngerasain sendiri, yampunnn "tersiksa" juga :D
Deletenah terus tanaman yang aku temui kemarin itu, nggak sampe membekas yang parah banget di kulit, untungnya aku pake jaket, jadi cukup aman terlindungi
Wahh 2000+ mdpl, keren. Gilaa cewe cewe juga jago mendaki nih mbak. Start naik sehabis maghriban yah, nggak menemukan hal hal yg bikin merinding selama di perjalanan kann? Wkwk
ReplyDeleteaku nggak jago mendaki mas Anas :D, karena udah berangkat ke gunung, mau nggak mau kudu didaki kan ya
Deleteiya mas Anas, aku naiknya habis magrib,mungkin pas jalan awal kayak merinding karena takut takut gimana gitu, tapi setelahnya nggak aku buat pusing, mikir bawa badan udah capek hahaha
Jiwa muda petualangannya bakal berkesan meski gak mau ngulangi ya kak hahahhaa. Baru denger lho dengan gunung ini.
ReplyDeleteSeru denger ceritanya liat vuewnya juga bagus ya alam itu. Tapi kalau disuruh nyiba ogah hahHa.
Baca tulisan kakak aja ikut ngos ngosan hehehehe...
hahaha kebawa ngos ngosan pas baca ya mbak
Deletekalau lagi ga pengen naik gunung, cukup dengerin cerita temen aja aku mbak, itu udah ikutan ngos ngosan :D
wahh seru juga cerita perjalanan mendakinya mbak
ReplyDeleteenam jam pendakian ya, lumayan ya
tapi semua terbayar ya saat bisa sampai puncak dan melihat pemandangan sebagus itu
iya mbak pendakian aku ini kemarin 6 jam, lamaaa bangett hahaha
Deletedi puncak agak berkabut sebenarnya mbak, tapi paling nggak ada waktu buat istirahat agak lama sambil tiduran di dalam tenda
Ih untung kak Ainun gapapa. Mendingan kalau ragu dibatalkan, tapi kalau ga ikutan naik malah penasaran sudah sampai sana ya..
ReplyDeleteiya mba Nisa, sebenernya ragu banget, herannya kok ya tetep berangkat hahaha
DeleteWaah seru banget mbak perjalanannya pasti terbayar ya mbak kalau udah lihat pemandangannya
ReplyDeleteiya mbak Dian paling nggak bisa liat view yang ijo ijo ya, tapi bisanya liat pas siang hari waktu jalan turun
Deleteseru karena bareng sohib yang pengertian :D
Pas turunnya ada yang tepar ya kak hehe.. BTW, tetap salut sih sama cewek yang bisa naik gunung dg perjalanan 6 jam gini. Entah kalau aku kuat atau gak. BTW aku juga salfok sama foto kaka, tone-nya bagus banget. sukaa
ReplyDeletetepar semua mbak hahaha, pas turun kita udah istirahat berkali-kali, dan pas ada satu waktu nemu tanah yang agak landai, kita tiduran, dan asli aku ketiduran dengan alas tanah gitu
Deletehehehe tone nya kebanyakan aku buat "warm" mbak
Wah, indah ternyata kak. Tapi aku wes moh nek kon mendaki wkkwkw. Aku punya gangguan sendi lutut soalnya.
ReplyDeletehahahaha jangan kak Joe, asli kalau lutut sakit mending nggak usah, menyiksa itu
DeleteWaaaahhh mba Ainun, emejing bangett deh...mendakinya, akhirnya tiba dipuncak..
ReplyDeleteUdah gitu malem2...
Ih mba, ada denger suara2 aneh gak?😱
Biasanya di hutan gitu, apalagi malem rada2 gimana gitu😅
Mba, aku yg paling takut kalo di hutan itu ular, lintah
View nya mantep...
Seneng banget ya pas dah nyampe puncak. Udaranya seger... trus sarapannya tuh boleh juga😆
perjalanan yang diiringi dengan tangisan diri sendiri ini mbak hahaha
Deleteawalnya aku juga takut gimana kalau pas ada ular lewat, kan nggak begitu jelas waktu jalan malam
terus aku nggak banyak noleh noleh mbak, takut entar muncul yang gimana gimana hahahaha
temen aku mbak yang katanya denger "gitu gitu"
aku nggak ngeh juga soalnya
view pas siang waktu turun lumayan mbak, paling nggak ada bahan buat difoto hahaha
Jadi kapok ga, mba? Hihihi.
ReplyDeleteAku pengen naik gunung lagi, tapi jarang olah raga gini khawatir juga dengan stamina. Takut kehabisan napas di jalan. Hahaha.
kalau ditanyai waktu habis turun gunung, pasti aku jawab iya kapok hahaha
Deletemungkin next kalau ada ajakan naik gunung, perlu persiapan fisik dan memang bener bener pingin.
iya mba hicha,, aku aja kemarin waktu naik berasa kayak kehabisan nafas, makanya banyak berhenti buat istirahat
Gambar dari puncak Gunung Ranti baguuuus.
ReplyDeleteBaca tulisan ini mengobati kangenku akan naik gunung. Aku pengen naik gunung tapi males capek, tapi kangen. Sementara baca dulu tulisan Ainun dan teman-teman :D
dan sedikit berkabut mbak di puncaknya, lumayan juga berasa berdiri di atas awan :D
Deletekayaknya kalau aku males mau naik gunung, cukup cari bacaan pengalaman temen temen yang lain ketika naik gunung ya. Capeknya yang nggak ketulungan hahaha
Selama ini belum kesampaian mau naik gunung. Cuma wacana terus. Kepengin sekali atau dua kali seumur hidup pokoknya mau naik gunung.
ReplyDeleteayokk mas Achmad aku tunggu ceritanya ya
Deletebaru tahu ada puncak gunung ranti mbak, duh kemana aja aku. btw ngebayangin mendaki aja kaki udah senut-senut huhu salut buat cewek-cewek yang kuat mendaki
ReplyDeleteaku sendiri juga baru ngeh kalau ada Gunung di deketnya Ijen dan namanya Ranti
Deletewaktu lewat jalan besar depan kawasan wisata gunung ranti, aku ga baca plang papan nama di pinggir jalan dulu mbak, ehh aku kira ya itu masih Ijen
hehehe kalau nggak pengen banget naik gunung, mending nggak usah mbak. Ini aku aja karena penasaran
Seru banget mbak cerita naik gunungnya!! Saya mau ke Ijen aja masih wacana terus ><
ReplyDeletesemoga nanti kesampaian mampir ke Ijen ya mbak, ditunggu ceritanya :)
DeleteWiiiiii, hebat Mbak Ainun dkk habis naik gunung. Kalau aku kayaknya gak bakalan bisa naik gunung, Mbak. Soalnya gak kuat. Capek dikit bisa semaput aku. Hehehe. 😂
ReplyDeleteTapi sebenarnya pengen juga sih naik gunung. Lihat foto pemandangan yang dijepret Mbak Ainun aja udah indah banget. Aku pengen lihat pemandangannya secara langsung.. 🥺
yampunn mbak, aku aja hampir semaput wkwkwkwk, cuman aku tahan dan temen minta istirahat dulu, akhirnya kita serombongan istirahat
Deletetapi karena udah terlanjur naik dan udah jauhh banget, mau nggak mau dilanjut jalan terus pelan pelan
Serunya Mbak naik gunung. Aku terakhir SMA itupun karena liburan dan cuma hutan kecil. Gak sampai tinggi banget kayak itu. Waktu itu ada teman yang hampir hanyut di sungai hutan karena hujan deras. Setelah itu pada kapok wkwkw.
ReplyDeleteudah lama banget berarti ya mba Tri
Deletekayaknya kalau aku berada di gerombolan temen temennya mba Tri waktu itu, bakalan kapok juga main main ke hutan itu mbak
apalagi kalau musim hujan, biasanya memang aku hindari kalau lagi musim hujan mba
wah, cerita ini mengingatkan saya waktu mendaki ke gunung sibayak, Sumatera Utara di tahun 2012 silam....
ReplyDeleteseperti apa ya jalur dan perjuangan menuju gunung sibayak mas Rahmat? kayaknya lebih tinggi dari gunung Ranti ini ya
DeleteSomehow ini bring back memory banget... Hahaha... Dulu aku juga pernah ikut naik gunung pas masih tinggal di Semarang. Astaga... kalau diinget2 perjuangan banget buat naiknya. Capek tapi juga nagih.. hahah
ReplyDeleteMba Ainun. di puncak sarapannya roti isi yah.. hheheh. Kalau aku andalan yah Mie Instan campur.. dicampur2 segala rasa, dan segala merk.. Tapi enakkk.. Mungkin karena lapar dan makannya bareng2..
Btw, Sifat nggak boleh egois saat naik gunung barengan memang sebuah keharusann sih.. Saya jadi ingat kata teman yang pernah bilang "Kalau mau nguji teman kita peduli atau nggak" Coba bawa naik ke gunung dan lihat reaksinya.. begitu..
Aku tunggu perjalanan muncaknya jika muncak lagi...
gunung apa yang mas Bayu daki waktu itu, ehh bentar kayaknya pernah diceritain di blognya kan ya?
Deleteroti apaan ya kemarin ini, macam sandwich mas Bay hahaha, gaya bener ya, jadi temen aku ini kalau naik gunung pantang makan mie katanya, jadi yang dibawa bekalnya ala ala western gini
nah tuh aku juga pernah denger istilah kayak gitu mas Bay, kalau mau menguji sifat temen coba ajak naik gunung, waduhh hahahaha
kayaknya ehmmm sekarang nggak ada planning naik gunung lagi, meskipun cita cita pengen ke Rinjani, tapi belum tau apakah akan terealisasi apa enggaknya
padahal ya penasaran hahaha
Ketinggian gunungnya sedang tapi dilihat dari foto foto mba sepertinya syahdu euy...asyik ya kalau masih muda begini bisa jalan mendaki gunung bareng temen temen hihihi...serasa aku ikut berpetualang liat foto fotonya deh...aku kalau liat bahasan pendakian suka ikut baper pengen juga hahahahhahaha
ReplyDeletesarapan sandwich sambil lihat awan....ah seandainya dan seandainya hihi
jadi ngayal sendiri aku wkwkwkw
tapi seru 3 cwe 2 cowo...eh ganjil dong ini? aman tapi yaaak wekekke
hiks syahdunya pas siang dan keliatan viewnya aja mbak, kalau pas malem, astagahhh nggak ada syahdunya hahahaha, malah pengen balik turun aja bawaannya
Deleteaku nurut aja kalau makan di gunung, secara pasukan pengekor waktu itu, jadi apa kata temen, dan ternyata disiapin menu sandwich :D
ayoo mba nit bikin sandwich, ayo ayo :D
wkwkwkwk aman mbakk, duhh mba nita rek, aku kan wedi wedi yopo gitu pas baca ini
Mba Ainun, aku ngerasain capeknya dari baca ini ajalaah wkwkwkwkwk . Duuuh akupun bakal nyerah kayaknya kalo hrs naik gunung.
ReplyDeleteAku memang ga suka pantai, tp bukan berarti mau aja kalo naik gunung :p. Suka ketinggian, tp bukan berarti gunung hahahah.
Tapi ada yg bilang, sekali udh sampe di puncak bakal nagih mba :D.
hahahaha ngos ngosan kan mba bacanya, nulisnya juga capek ini wkwkwkwk,kayak berasa dibawa mesin waktu #tsahh
Deleteberarti enakan naik funicular train atau kereta gantung aja ya mbak, bisa liat view dari ketinggian tanpa harus repot mendaki, duhh lama juga aku ga naik begituan hahaha
nahh katanya ada pepatah yang bilang kalau uda sampe puncak bakalan nagih lagi, mungkin buat beberapa pendaki memang bener adanya ya, tapi karna aku bukan pecinta gunung sejati,jadi kayaknya mikir lagi kalau mau naik gunung, kecuali mungkin untuk gunung yang memang lagi pengeni. tapi jarang suka gunung, biasanya karena rasa penasaran aja akan view dari puncak, kayak Rinjani
wakakakakakakakkaka.
ReplyDeleteendingnya bikin ngakak.
Jadi kebayang juga, kayaknya saya sama deh.
Pas mendaki secapek itu, trus liat mahluk
trus liat mahluk aneh, yang ada mungkin minta gendong kali ya wakakakak.
DeleteKeren banget, untungnya kok mendakinya malam ya, jadi medannya ga keliatan.
Coba kalau siang, kayaknya udah nyerah deh, soalnya kalau dilihat-lihat udah capek duluan hahahaha.
benerr mbak Rey, kata temen aku kemarin, kalau pas naiknya siang, dia juga bakalan nyerah dan mending turun. Pas dia tau medan aslinya kayak gitu, kaget juga hahahaha, parah bener jalannya, pantesan naik aja sampe susah payah.
Deletehahaha minta gendong ke temen yang cowok terus dia udah capek sama bawaan barang yang bejibun, yang ada malah dilempar mungkin ya :D
Ananda Ainun ...! Ajak temanmu mendaki Gunung Kerinci. He he .... Selamat bersenang-senang.
ReplyDeletetemen aku ada yang sudah sampe ke Gunung Kerinci mbak, katanya medannya parah dan jauhh bener
Delete