Banyuwangi The Sunrise of Java mempunyai banyak pesona keindahan alam, budaya dan kulinernya. Salah satu pesona budayanya yang menarik sampai di mata Internasional tentu saja tari gandrung.
Cerita di balik sejarah tarian gandrung ini cukup menarik rasa penasaran saya, kata “gandrung” diartikan sebagai terpesonanya masyarakat Banyuwangi yang agraris kepada Dewi Sri sebagai Dewi Padi yang membawa kesejahteraan bagi masyarakat.
Tarian Gandrung Banyuwangi pada awalnya dibawakan sebagai perwujudan rasa syukur masyarakat pasca dilaksanakannya panen. Gandrung sendiri merupakan seni pertunjukan yang disajikan dengan iringan musik khas yaitu gamelan Osing.
Setahun sekali, pemerintah Kabupaten Banyuwangi menggelar Festival Tari Gandrung Sewu yang mana animo masyarakatnya luar biasa, nggak hanya dari dalam kota Banyuwangi saja, masyarakat luar kota Banyuwangi yang penasaran dengan perform dari ribuan penari gandrung pasti rela mengunjungi Banyuwangi meskipun jauh.
Tapi semua berubah sejak virus Covid-19 hadir ditengah-tengah kehidupan kita. Festival tahunan yang rutin digelar, kegiatan tradisi lokal masyarakat Suku Osing mau nggak mau vakum sampai waktu yang nggak tentu.
Keinginan saya ketika di Banyuwangi yang belum kesampaian waktu itu adalah bisa menyaksikan langsung pertunjukan tarian gandrung langsung dari daerah asalnya, di Desa Kemiren atau di Desa Olehsari
Wujud Cinta Pegiat Seni Banyuwangi
Sedih ketika mengetahui seniman penari Gandrung harus berhenti dari perform mereka di sanggar-sanggar kesenian di Desa Kemiren. Biasanya nih, kalau ada kunjungan wisatawan yang menginginkan paket wisata dengan menonton pertunjukan tarian Gandrung, para senior penari gandrung akan senang hati membuat pertunjukan spesial khusus tamu-tamu tersebut di “kediamannya”.
Tentunya, untuk bisa melihat pertunjukan langsung mereka juga nggak bisa mendadak dan kebanyakan wisatawan menggunakan jasa agent tour lokal atau minta tolong guide di Banyuwangi untuk mengurusnya.
Beruntung sekali saya punya sohib sohib yang peduli banget dengan tradisi budaya dan juga para pelaku senimannya. Mengetahui kondisi penari senior yang nggak ada pemasukan sejak covid-19 tentu saja membuat hati trenyuh.
Sohib saya dan beberapa rekan pegiat seni lainnya berinisiatif mengadakan ajang reuni para maestro penari Gandrung dan sempat mengalami penundaan dikarenakan angka covid-19 di Banyuwangi juga naik dan baru terlaksana di bulan Oktober 2020 kemarin.
Acara ini juga menggandeng komunitas Genpi Jatim dan Genpi Banyuwangi, maklum sohib saya ini anak Genpi. Harapannya nih, semakin banyak teman-teman diluar sana yang masih peduli dengan keberadaan penari-penari Gandrung senior ini.
Tema yang diangkat juga menarik, yaitu “Ngurip-Nguripi Gandrung: Kisah Sang Maestro”, meskipun hanya diadakan secara virtual dan live melalui akun sosial media, sudah membuat penari senior tersebut bahagia banget.
“Beruntung banget kamu mbak bisa join acara ini, karena nggak semua orang punya akses untuk menemui para penari senior Gandrung tersebut dan kalaupun mau menyaksikan pertunjukan mereka juga harus booking dulu”, kata si Icha sohib saya
Seperti yang tadi saya tulis diatas, memang bener sih kalau untuk menyaksikan mereka menari juga nggak mudah, apalagi kalau ada event besar itupun yang hadir adalah pejabat semua.
Persiapan sebelum Live juga benar-benar dibuat sempurna, nggak mau ada miss ketika acara berlangsung. Meskipun Live secara virtual, protokol kesehatan tetap diberlakukan bagi mereka yang perform.
Temu Kangen Maestro Penari Gandrung
Saya beneran dibuat kagum sama penari-penari senior ini, mereka semua mendedikasikan hidupnya menjadi seorang Gandrung sedari muda, sebut saja Mak Temuk, Mak Sunasih, Mak Supinah dan Mak Dartik.
Bahkan, ada yang perform di depan Presiden Soekarno, bayangkan itu sudah bertahun-tahun yang lalu semasa Presiden Soekarno masih hidup dan bahkan sampai tampil di luar negeri seperti Amerika. Luar biasa.
Menjadi seorang Gandrung nggak hanya harus bisa menari saja, tapi juga dituntut untuk bisa menyinden atau menyanyi khas bahasa Osing. Beliau-beliau ini berharap generasi sekarang yang sedang belajar menari Gandrung juga nggak asal bisa menari saja, tapi juga memahami makna tarian tersebut dan harus totalitas. Mereka nggak ingin tarian Gandrung perlahan menghilang jejaknya, tapi tetap harus dilestarikan sampai kapanpun.
Diakhir acara, para Maestro Gandrung ini diberikan kenang-kenangan sebuah pigura dengan gambar foto beliau ini. Sumringah sekali beliau-beliau menerimanya, saya yang melihat momen tersebut ikutan senang.
Selesai acara, nggak disangka tuan rumah yaitu Mak Supinah mengajak saya dan pengisi acara yang lain untuk makan siang yang ternyata sudah disiapkan. Dan berada dekat dengan penari senior ini menyenangkan sekali, kocak juga ternyata dan welcome banget ngobrolnya.
Saya rasa hari itu, saya begitu happy bisa menjadi bagian dari ajang reuni Maestro Gandrung Banyuwangi.
Semoga keadaan segera membaik dan bisa melihat penari senior ini perform di depan masyarakat umum lagi.
Baru tau kalau "Gandrung nggak hanya harus bisa menari saja, tapi juga dituntut untuk bisa menyinden atau menyanyi khas bahasa Osing"
ReplyDeleteNice article. Happy healthy new year
Iya kak, aku sendiri juga mengetahui waktu acara ini, beliau beliau ini banyak sharing pengalaman dan sejarah Gandrung.
Deletemalah aku kira kalau ada perform anak sekolah yang menari Gandrung, ya itu karena sebuah kegiatan wajib dari pihak sekolah.
Tapi ternyata untuk menjadi seorang gandrung sejati, mereka ini terutama anak muda nya kudu bisa nyanyi juga
Nunnnn..banyakim tulisan kayak gini doonng.. aku suka banget bacanya .
ReplyDeleteBanyak kesenian lokal yang menghilang krn kurang peminat. Siapa tahu saja dengan tulisan tulisans seperti ini, mereka bisa terpromosikan dan bisa menarik banyak orang
Kudos banget wat tulisan ini 👍👍👍
Aku jadi tau ada Tari Gandrung di Indonesia
Betooolll sekaliiiii, setuju!
DeleteSeingat saya, memang masih jarang ya yang membahas mengenai kesenian kayak gini, semua fokus di tempat aja.
Padahal semakin tahun, peminat Seni tari tuh semakin sedikit, lama-lama bisa hilang, trus diklaim negara lain *eh :D
hehehehe iya pak Anton, kalau ada cerita menarik yang sejenis nanti aku tuliskan lagi hehe
Deletebetull banget itu pak, kesenian yang udah lahir dari zaman dulu sekarang hidupnya ibarat kembang kempis alias tergerus zaman juga. Dan generasi penerus kayak anak mudanya juga enggan buat nerusin
kalau sebuah kesenian dikemas dengan menarik sepertinya akan menarik banyak masyarakat buat penasaran datang dan siapa tahu malah jadi makin terkenal juga di luar kota dari kota itu sendiri
Mantap mbak kesenian lokal memang harus sering di bahas supaya banyak yang mengenal
ReplyDeleteiya Kak setuju sekali, karena gemanya pun sekarang udah mulai pudar ya
DeleteOh ternyata kesenian Gandrung itu awalnya sebagai tanda syukur kepada Dewi Sri ya mbak.
ReplyDeletePasti kalo ada festival ramai sekali ya mbak, sampai orang luar kota juga berdatangan, tapi sayangnya semua berubah sejak negara api menyerang.😂
Syukurlah ada acara live nya ya, jadi masih bisa melihat tari Gandrung biarpun secara online.
iya Mas Agus, aku juga baru tau kalau makna tarian ini adalah sebagai wujud rasa syukur kepada Dewi Sri dan aku juga baru tahu kalau masyarakat suku osing mempercayai adat istiadat seperti itu
Deletebetul banget kalau ada event tahunan yang Festival itu, yampunn Banyuwangi panen wisatawan mas Agus, nggak pernah sepi menurutku
Senang banget main kesini jadi nambah wawasan tentang budaya daerah lain yang semakin menyadarkan kekayaan Indonesia dengan Bhineka Tunggal Ika.
ReplyDeletesetuju mbak, aku kalau ada budaya baru gitu suka penasaran, karena meskipun tinggal di Indonesia tetep aja aku nggak khatam budaya apa yang ada di negara sendiri
DeleteWOW, pengalaman keren sekali kak Ainun bisa kenal dekat dengan para maestro penari Gandrung !.
ReplyDeleteAku juga salut dengan kepedulian dari komunitas Genpi yang antusias dan konsisten agar adat budaya tak hilang.
Pengin deh rasanya bisa gabung di komunitas seperti Genpi.
bener bener hepi kak Hima, karena aku nggak bersinggungan tiap hari dengan pekerja seni seperti mereka. Bisa berkunjung dan membantu mengapresiasi karyanya seperti itu aja udah bikin aku seneng
Deletetemen temen Genpi di seluruh Indonesia yang aku tau antusias banget kalau soal pelestarian, menjaga budaya, wisata dan turut mengembangkannya juga kak. keren
Gandrung ini aslinya dari mana ya, kalau g salah tiap daerah ada ya. Di kulonprogo juga kalau g salah ada juga itu
ReplyDeleteaku kira hanya dari Banyuwangi saja mas Joko
Deleteatau mungkin bisa saja sebutan nama tariannya sama ya
Semoga kesenian ini tetap lestari ya Mbak.
ReplyDeleteNggak cuma penari seniornya yang bersemangat, yang junior juga harus.
bener mas Rudi, kesenian seperti ini harus tetep dilestarikan biar nggak punah tentunya
Deletedan supaya adik adik selanjutnya jadi tahu juga soal keberadaan kesenian seperti ini
Wah, aku juga belum pernah melihat langsung tarian Gandrung ini, mbak. Semoga kondisi segera membaik biar bisa segera bisa jalan-jalan lagi dengan aman, termasuk salah satunya ke Banyuwangi. Misinya sih mau ke Baluran dan semoga bisa ikut festival Gandrung lagi ya :D
ReplyDeleteAmin, harapanku juga sama kayak mbak Tika, pandemi segera berlalu ya
DeleteWahh semoga kesampaian ke Balurannya ya mbak, pasti seru tuh nantinya
Banyuwangi mah paling banyak nih seni kayak gini, dan kadang bahkan ada magisnya ya Mba Inun.
ReplyDeleteKereeen banget dibahas , karena masih jarang loh yang bahas seni tari gini :D
iya mbak, aku kalau daerah Banyuwangi percaya ada magisnya hehehe dan buat yang udah tahu akan hal ini, tentunya mereka biasa aja melihatnya
Deletesepertinya seni tari memang kurang diminati ya mbak, memang perlu juga buat dikenalkan ke generasi muda biar nggak ilang gitu aja
Pernah mendengar, pernah melihat tarian gandrung tapi belum pernah membaca tentang sejarah nya hihi. Ternyata baru tau sekarang, kalo itu perwujudan rasa syukur.
ReplyDeletePenting banget budaya cantik ini tetap diwariskan, dan dilahirkan sekaligus di ajarkan ke anak anak kelak.
Salam kenal ya kak.
Dari Nisa di Banjarmasin
Aku juga baru tau ketika berkunjung ke beberapa tempat di Banyuwangi dan jadi kepo kepo sendiri akhirnya mbak
Deletesejarahnya ternyata cukup menarik juga untuk diketahui lebih lanjut
ah iya biasanya ada festival 1000 tari gandrung di pantai boom ya
ReplyDeletenasib mereka memang jadi perhatian juga di tengah pandemi gini
selain penari gandrung saya juga penasaran sama nasib seniman di Kampung Temenggungan
semoga pandemi cepat berlalu ya mbak
Menanti lebih banyak post Mba Inun tentang seni-seni gini, saya jadi ingat, dulu di Buton tuh sering banget ada acara kesenian gitu, yang dibawain para penduduk di Transmigrasi mostly orang Jawa, dan seninya itu dari Banyuwangi, memang kece kok :)
Deletewowww mbak Rey makin membuka mataku nih, dulu memang gencar banget program Transmigrasi ya, dan kebanyakan dari penduduk Jawa.
Deletedan siapa nyangka juga kalau sebuah kesenian ketika di bawa di tempat yang baru kemudian dikenalkan dan dikembangkan disana.
iya betul mas Ikrom tiap tahun ada festival gandrung sewu ya, ramenya ampun ampun ya hehehe
dan sejak pandemi ini muncul jadi sepi juga performnya, sedih liatnya, Banyuwangi nggak ada event gede gede lagi
aku penasaran sama Kampung Temenggungan, kayaknya belum pernah kesana. mungkin next bisa aku agendakan
Aku baca ini sedih sekaligus senang, Mbak Ainun. Sedih karena gara-gara corona, pegiat seni budaya jadi terhambat untuk terus berkarya, tapi senang karena pada akhirnya tau para maestro tari Gandrung bisa reuni dan tampil walaupun melalui daring. Tapi nganu, lho, Mbak Ainuuuuun.. Aku kan jadi nyesel, kenapa baru tau ada live virtual ini sekarang.. Kenapa gak dari sebelum acaranya mulai.. Kan aku pengen nontoooooon. 😭
ReplyDeleteAku setuju banget sama para maestro tari Gandrung, Mbak. Kecintaan akan budaya ini harus terus diturunkan ke generasi-generasi sebelumnya. Dan sebisa mungkin generasi sebelumnya tidak hanya bisa menari saja, melainkan juga bisa nyinden serta sebisa mungkin memahami semua pengetahuan budaya yang terkait. Jadi kualitas generasi penerus sama baiknya dengan generasi yang terdahulu dan budaya kekayaan bangsa bisa tetap exist, tidak tergerus peradaban yang semakin maju.
Iya sama mbak, aku juga ikut seneng ketika melihat beliau-beliau ini bisa tampil menari lagi meskipun secara daring dan masih ada perorangan yang peduli terhadap keberadaan mereka. Salut pokoke
Deletehehehe kayaknya info info soal perkembangan dunia wisata sekarang ini di blow up di sosmednya Genpi mbak. Kebetulan yang acara ini, dishare di sosmed Genpi jatim juga
aku sendiri juga nggak bakalan tahu kalau nggak dapet info dari sohib sendiri :D
setujuuu mbak, anak jaman now ini dituntut nggak cuman bisa nari aja, kudu semua muanya bisa, ya nyanyi alias nyinden, ya nari dan mungkin make up sendiri mungkin ya. kudu serba bisa