Melakukan suatu perjalanan nggak melulu menikmati view destinasi wisata yang dikunjungi saja. Ada kalanya berbaur dengan warga lokal justru sama-sama menyenangkan.
Hal nggak biasa yang saya
lakukan ketika mampir ke suatu kota dan ada waktu lebih adalah blusukan. Entah
itu blusukan pasar atau blusukan nggak jelas gitu.
Jadi ceritanya nih, waktu
nge-trip ke Maumere entah kenapa kok ya kepikiran buat mampir ke Pasar
lokalnya. Sepertinya waktu itu mau cari-cari barang khas daerah Maumere, entah
kain tenun atau apalah.
Satu hal yang sama dari
pasar lokal Maumere dengan pasar lainnya adalah ciri khas bau pasarnya,
berbagai aroma ada disini hahaha.
Saya mencoba melewati
beberapa lorong di dalam pasar, beberapa ibu pedagang dengan semangatnya
menggelar dagangan buah pisang sampai hasil kebun seperti singkong di lantai,
mereka dengan sabar menunggu pembeli.
Ketika saya dan beberapa
teman berada di lorong pasar, ibu-ibu pedagang ini kompak melihat ke arah
rombongan saya. Mungkin dari penampilan terlihat bukan seperti warga lokal dan
juga mungkin jarang banget ada wisatawan mau masuk pasar.
Lumayan capek juga cuma
jalan beberapa lorong, saya pun memilih keluar pasar dan mencari tempat duduk
yang agak nyaman di depan sebuah toko. Masih berada di depan pasar.
Saya duduk-duduk di depan
toko ini hanya “nothing to do”, bengong saja sambil mengamati sekeliling. Entah
kenapa ketika bepergian seperti ini dan sampai pada suatu waktu untuk “nothing
to do” seperti membawa saya untuk berkontemplasi.
Pasalnya, ketika saya
duduk-duduk ini, nggak jauh dari saya ada seorang anak laki-laki dengan membawa
tas berwarna hitam berisikan stok koran yang akan dia jual dan ditangannya juga
masih membawa beberapa eksemplar koran, untuk dijajakan ke warga yang juga
duduk nggak jauh dari saya.
Saya melihat ke arah anak
laki-laki ini, dari perawakannya sepertinya dia duduk di bangku SMP, saya hanya
mencoba menebak-nebak saja.
Saya pun tersenyum ke
arahnya yang disambut dengan senyuman balik dan senyumnya itu “astagahhhh manissnya”
“Hai…siniii”, saya mencoba
memanggilnya dengan nada yang nggak terlalu keras
Tapi dia hanya senyum-senyum
malu saja.
Seketika itu saya berpikir “Ya
Tuhan anak seumuran mereka sudah bekerja, bahkan nggak malu, luar biasa”.
Saya ini orangnya mellow,
jadi melihat begini dan melamun berpikir seperti ini saja sudah membuat mata saya
berkaca-kaca.
Nggak berapa lama, muncul
lagi anak laki-laki yang akan masuk ke toko tempat saya memilih duduk ini, saya
coba memanggilnya, ehh dianya malah senyum-senyum malu dan memilih langsung
kabur ke dalam toko.
Hal ini juga yang membuat
saya untuk lebih bersyukur bahkan masih diberi kesempatan maupun rejeki untuk bisa
melihat sekeliling saya dimanapun itu. Bahagia itu sederhana tergantung
bagaimana memaknainya, yaelahhh bahasanya hehehehe.
Serba-serbi cerita dari melakukan perjalanan melihat dunia luar seperti ini bisa membuat hidup jadi berwarna, sudahkan kalian merenung hari ini? hehehe
Duhhh kurindu pasar kayak gini, saya paling suka kalau ke pasar, dan pasarnya teratur.
ReplyDeleteWaktu kecil, pasar di daerah tempat mama saya itu gitu, orang jualan tuh di tempatnya, meski pasarnya sangat sederhana, tapi udah dibagi-bagi, di mana pasar ikan, ya di situ yang jual ikan semua, di deretan pasar sayur, di situ jualan sayuuurrrr semua.
Pokoknya enak banget belanjanya, kita tinggal milih mau beli yang mana :D
nahh kalau pasar yang rapi begini aku demen mbak rey, jadi jelas tempatnya ya, bagian yang basah sendiri, bagian yang khusus kering kering juga terpisah. kayak jualan ikan disebelah mana, jualan bumbu bumbu nya disisi satunya lagi
Deletejadi kayak di dalam hypermart kali ya hehehe, kan bersih teratur gitu
Nah iya Mba Inun, kebanyakan pasar di Sulawesi kayak gitu juga, senang banget rasanya, kita udah punya banyak pilihan untuk 1 jenis yang kita cari.
DeleteBeda ama yang di Surabaya, bahkan pasar gede aja juga kadang nggak teratur.
Yang lucunya loh, kadang di pasar yang jual daging buat muslim dengan non muslim loh dicampur, etdaahh hahahaha
Akupun sukaaaaa blusukan begitu saat sdg traveling mba :). Melihat kehidupan lokalnya. Apa yg mereka kerjain dll. Aku prnh duduk lama di warung kopi gitu, sambil ngeliat kehidupan pagi orang2 lokal. Apa yg mereka biasa makan, ngobrolin apa , menarik aja liat kehidupan org lain yg jauh beda dari kita. Walo kdg ada juga yg bikin aku sedih, trutama kalo ketemu dengan anak2 yg di usianya udh hrs kerja :(.
ReplyDelete*toss*
Deleteduduk lama di warung kopi lokal sambil mengamati kehidupan pagi warga sekitar memang menyenangkan ya mbak.
iya mbak Fan kalau melihat anak anak kecil yang harusnya bisa menikmati masa masa belajar atau bermain-nya aku sedih, positif thinkingnya adalah mungkin mereka harus membantu keluarganya dan bahkan mereka sudah berpikiran bekerja di usianya yang masih remaja atau bahkan masih anak-anak
Tapi enggak sekarang ya Mba Fan, serem juga blusukan di tengah pandemi gini hahahaha
DeleteAku belum pernah travelling nun jauh seperti mbak Ainun—which someday (i hope) i will. Makanya hal-hal semacam ini hanya bisa aku lakukan kapanpun aku jalan-jalan keluar keliling kota, mbak. Entah mau ke toko buku, atau sekadar ke mall. Sebetulnya selain mau beli barang, salah satu tujuanku ke luar adalah ingin refreshing, sekaligus menyadarkan diri sendiri yg selama ini kurang bersyukur dan banyak ngeluh. Soalnya setiap kali kita jalan ke luar, pasti adaa aja kita nemuin teman-teman di luar sana yg harus susah payah cari makan, bahkan seperti cerita pengalaman mbak di atas, banyak anak kecil yg harus jualan untuk bisa membantu menghidupi keluarga, atau sekadar ikut ortu mereka mengais di jalan. Momen-momen seperti itu yg selalu aku butuhkan, untuk membuat diri ini sedikit lebih berarti dan lebih membuka mata, dan setidaknya bisa sedikit membantu menyenangkan mereka dengan sedikit rezeki yang kita punya. Aku selalu berdo'a semoga adik-adik dan teman-teman di luar sana selalu dijaga dan dilapangkan hati serta rezekinya oleh Allah, Aamiin.🤧
ReplyDeleteahhh so sweetnya Awl
Deletekadang ada kalanya kita merasa kurang ini itu ya, padahal sebenernya lebih dari cukup, dan momen sederhana seperti keluar rumah aja dan ketemu atau melihat lingkungan sekitar jadi membuat diri sendiri kembali berpikir, "ohhh ternyata aku punya ini, punya itu"
dan bahkan untuk membuat diri sendiri bersyukur masih harus "diingatkan" dulu dengan melihat mereka yang mungkin kehidupannya jauh lebih susah dari kita.
aminn semoga saudara saudara kita di luar sana dimudahkan rejekinya ya
Kak Ai, kalau disenyumin balik sama orang asing, entah kenapa rasanya lebih sangat amat berkesan ya 😂
ReplyDeleteSalah satu sisi positif dari travelling adalah melihat kehidupan sosial dari masyarakat di daerah lain. Aku lihat ibu-ibu yang jualan di pasar itu malah seperti nggak ada persaingan sama sekali, duduk menjajakan dagangan kayak lagi ngerumpi aja gitu. Sejuk banget lihatnya :D
iya Lia kalau disenyumin sama orang asing, bawaannya ke kita jadi hepi juga. seperti keberadaan kita diterima di tempat itu
Deletenah yang difoto itu aku juga heran si ibu-ibu ini santai banget duduk berjejeran dan meskipun dagangan yang dijual sama tapi kayak sodara, nggak ada dinding pemisah gitu
Entah siapa yang bilang, saya lupa, tapi konon salah satu cara untuk mengenal satu tempat adalah mampir ke pasarnya, Mbak Ainun.
ReplyDeleteternyata pernah ada yang menyampaikan hal seperti itu ya mas Moris? mungkin pasar ini ibaratnya tempat berkumpulnya semua karakter orang, semua kalangan melebur jadi satu, jadi kita bisa melihat beragam karakter orang disana dan kehidupannya
Deletebelum pernah blusukan ke pasar sih mba, aku gak kepikiran hehe... kapan2 tak cobain
ReplyDeletedjangki | Avant Garde
hehehe pasar Gede Solo malah menyenangkan dibuat destinasi blusukan, soalnya ada kuliner dawet apa itu ya yang terkenal.
Deletenahh mungkin di pasar di daerah mas Isna di muara bungo sana ada hal hal yang menarik juga
Aku juga suka blusukan ke kalau sedang traveling. Kadang duduk lama sambil menikmati aktivitas warga lokal. Seringkali terlibat obrolan santai dengan warga lokal. Aku percaya bahwa dengan ini aku bisa mendapatkan pengalaman lain dan unik ketika jalan.
ReplyDeleteKadang juga menikmati kulineran khas tempat itu..hehehhe
asikkk, menyenangkan ya Mas Vai kalau bisa berbaur dengan warga lokal di tempat asing, apalagi kalau ketemu orang-orang yang baik. Hepi pokoknya
DeleteYaa saya juga type yang seperti itu mbak, Jika sedang berjalan2 atau ketempat wisata disuatu daerah yang nyebrang pulau / Luar Jakarta...Yang namanya blusukan kelingkungan warga sekitar, Ditempat wisata yang kita datangi. Akan banyak juga kesan menarik dari tempat wisata itu sendiri..😊😊😊
ReplyDeleteyess betul kang Satria, apalagi jika berkesempatan ngobrol dengan warga lokal, berasa seperti ketemu keluarga sendiri
DeleteJadi pengen ikutan traveling, kayaknya traveling terus ngobrol ama orang lokal, bakalan jadi tantangan berat buat saya tuh, tapi pengalaman keren juga, secara, bahkan ama tetangga saya cuman senyum aja, males ngobrol :D
Deletedawet tlasih mba hihihi ....
ReplyDeletenahhh iya benerr itu
DeleteKalo saya ke pasar tradisional begini biasanya buat liat cewek-cewek di hari libur. Karena menurutku cewek yang berani belanja ke pasar tradisional di hari libur itu luar biasa. 😆
ReplyDeletehehehe nemu aja nih mas rudi.
Deleteiya sih mas rud ada benernya juga, terlihat seperti wanita mandiri ya mereka kalau ke pasar
Saya kalo ke pasar tuh pasti mikir gini: kaya gitu dong kalo kerja. Fokus, biar hasil maksimal.
ReplyDeleteSecara saya kalo kerja paling mudah terdistraksi sama notif hape.
Di pasar dan di toko2 yang sibuk tuh ngga ada yang mainan hape.
hehehe iya bener mba lasmi, biasanya memang ada yang beberapa orang yang kalo kerja kudu fokus dulu ngerjain satu hal itu
DeleteMba Ainun, belakangan sblm corona terjadi, aku paling suka ke pasar, klo ada wkt. Seneng ajah liat sayuran, ikan, dan terlebih melihat kesibukan org2 pasar itu 😊
ReplyDeleteRasanya koq damaiiii...
Aku suka nyuri2 panjang ke bpk2 ,n ibu2 yg jualan di pasar nikmati makanan, minum mereka. Padahal di tengah2 riuhnya pasar...
Duh, aku aja klo mau makan mesti duduk manis di meja makan. Rasanya pengin seperti itu..
Mau makan gak usah pake aturan 😊
Maumere itu di Kupang [NTT] y mba Ainun?
Seneng iya, pasti di sana udaranya msh bersih. Gak trll bising. Gak kayak di kota2. Spt Jkt, yg aku rasa sumpekkkk...
Skrg yg aku pengin memang ke desa2/kota2 kecil.. bosen di kota. Pengin makan makanan desa, yg rebus2an/dikukus tapi klo udah gak corona...
Mba, pasarnya bersih bangettt...
Aku tunggu postingan berikutnya ttg cerita desa/kampung....
Thanku mba udah berbagi..
seneng ya mbak kalau kita bisa melihat sisi kehidupan masyarakat daerah lain, misal buat kita yang tinggal di kota besar dan jarang banget liat sawah, ehh giliran pergi ke suatu daerah yang banyak sawahnya udah seneng aja, seger dimata gitu
Deletesemoga corona cepet berlalu ya mba ike, jadi bisa main ke desa desa yang memang udaranya minim polusi seperti di Maumere ini
Maumere ini ada di Pulau Flores mba, beda pulau dengan Kupang
wah lagi traveling ke maumere ya kak?
ReplyDeleteenggak mba Eni, ini perjalanan udah lama banget hehehe
DeleteBeberapa kali traveling, mampir ke pasar tradisional rasanya memang "beda". Ya, suasananya, barang-barang dagangan, orang-orangnya dan ada sesuatu yang menarik yang beda dengan daerah lain.
ReplyDeleteiya bener banget mba, apalagi kalau orang lokalnya ramah ramah, seneng gitu rasanya, kayak disambut hangat
DeleteAku malah jarang blusukan mbaa kalo traveling.. padahal seru juga ya jadi ngerti budaya lokal sana dan nambah pengetahuan juga ya kalo ngobrol2 sama warga lokal disana..
ReplyDeletekadang kalau waktu ga keburu, aku pun juga nggak blusukan mbak. malah ngelanjutin itinerary tempat wisata hits yang lagi booming biasanya :D
Deletekadang kalau berada "dekat" dengan warga lokal dengan cara blusukan gini, ada cerita seru sendiri yang bisa didapat, kebiasaan kebiasaan baru yang mungkin baru kita liat juga
Yaampun sukaa bgd ceritanya Mba Ainun.. Sedih yaa liat ibu2 udah od tua tp masih semangat jualan. Anak2 juga udah mulai kerja sejak kecil 😥
ReplyDeleteIni juga lah yg bikin aku sampe skrng klo pergi2 ga ikut tour atau tavel agent gt. Biar bisa slow down sambil memperhatikan sekeliling..
semangat mereka luar biasa ya mba Thessa, bahkan anak anak setempat yang aku liat masih membantu ortunya jualan di pasar.
Deletekalau ada waktu free dan bingung mau ngapain ketika bepergian, explore ga jelas seperti ini cukup menarik juga
Setahu saya, pasar memang seperti ini kak. Deretan lapak dengan terpal sebagai pelindung dari matahari. Tapi kemudian, pasar tradisional seperti itu dipindahkan ke sebuah gedung dengan sewa tempat lagi.
ReplyDeleteDulu, saat main ke pasar saya kesal karena celana selalu berlumpur karena permukaan tanahnya yang becek. Sekarang, ke pasar aksesnya jadi lebih mudah dan bagus. Tapi, nilai emosional saat berada di pasar itu, bagaimana kaki kotor, saling berhimpit-himpitan, itu yang saya rindukan
Nah setuju sama Rahul, model bangunan pasar sekarang lebih modern, malah mirip seperti kayak di mall atau supermarket, lantai bersih, udah nggak panas lagi, lebih tertata.
DeleteTapi ada pembedanya juga akhirnya dengan pasar pasar tradisional pada umumnya, yang selalu becek. Jadi nggak muncul lagi kesan "tradisional" nya ya
Disini di Cikande pasarnya juga berlumpur kalo musim hujan mbak biarpun sebenarnya jalan ke pasarnya sudah di beton.
ReplyDeleteDulu juga banyak anak kecil yang masih usia sekolah SD berjualan di pasar, Alhamdulillah sekarang sudah tidak ada sih.
Jauh amat jalan jalannya sampai Maumere.😃
sama dengan pasar di kotaku nih mas Agus, untuk beberapa bagian pasar seperti pasar dengan bangunan kunonya kadang masih sering terlihat becek becek meskipun nggak musim hujan, kadang kan penjual di pasar suka buang air asal aja gitu
Deletealhamdulillah sekarang anak-anak SD udah pada rajin sekolah ya, mungkin waktu mereka di pasar dulu sebenernya juga bukan karena main main, tapi karena mungkin bantu ortunya
hehehe itu mah kebetulan aja lagi di Maumere
Oh, kirain ada saudara disana lalu sengaja kesana untuk silaturahmi mbak.😀
DeleteMemang kadang anak kecil kalo di pasar itu biasanya bantu orang tua. Soalnya kadang dagangan repot sementara mau nyari orang kudu bayar, akhirnya ya anak sendiri disuruh bantu biarpun masih kecil.
aha betul sekali itu mas agus, orangtua sepertinya memang mau mengajarkan anak-anaknya untuk saling membantu dalam anggota keluarganya
DeleteKeren mbak Ainun jalan2nya udah jauh hehehe :) Iya sih kita melihat orang lain yang kesusahan gitu, kita mesti bersyukur dengan apa yang telah diberikan Allah kepada kita ya. Anak2 kayak gitu masih polos, kerja demi sesuap nasi bantu orangtuanya. Kadang sekolahnya jadi semrawut :D
ReplyDeleteini juga termasuk "seni" ketika traveling ya mbak, melihat dunia lebih luas lagi
Deletesemangat anak anak ini memang luar biasa, membantu orang tua juga