Setelah turun dari Desa
Denge, desa terakhir ketika turun dari Waerebo, harusnya saya dan rombongan
langsung menuju kawasan persawahan yang disebut sawah jaring laba-laba Cancar. Saat
itu, serombongan anak kota ini dihadapkan pada pilihan yang sulit untuk memilih
sawah laba-laba atau menyaksikan tarian Caci. Di keterbatasan waktu yang ada,
kita semua sepakat menyaksikan tarian caci ini terlebih dulu karena memang
sudah ada janji sebelumnya.
Otokayu yang kita naiki
melewati pemukiman warga dengan kontur jalanan aspal yang kadang naik, kadang
turun dan meliuk liuk bagaikan naik rollercoaster.
Setibanya di kampung tempat
pagelaran tarian Caci ini akan digelar, ketua rombongan alias guide masih harus
melakukan ritual adat penyambutan tamu di kampung mereka. Saya hanya bisa diam
dan menyaksikan saja, soalnya nggak ngerti juga ketua adatnya ngomong apa,
karena bapak ketua adat ini sepertinya menggunakan bahasa leluhurnya atau
bahasa daerah setempat.
Saya dan teman satu trip ini
seperti rombongan presiden saja, warga sekitar yang sebagian besar anak-anak
ikut menyaksikan ritual penyambutan ini dan berkerumun memandangi kita. Kitanya
mah suka suka aja, berasa sok keren cantik gitu 🤣
Beres urusan ritual
penyambutan tamu asing di kampung mereka, rombongan saya diarahkan untuk menuju
salah satu rumah warga dan sepertinya rumah ketua adat di kampung ini.
Rumah sederhana milik bapak
ketua adat ini terlihat penuh sesak dengan kehadiran rombongan anak kota,
sumpek banget kayaknya di dalam rumah karena ketambahan kita-kita hahaha.
Apakah ini yang dinamakan
Rebok?
Layaknya tamu yang
berkunjung, guide juga menceritakan asal muasal rombongan dan maksud
kedatangan. Bapak ketua adat dan rekan sejawatnya #tsahh, banyak sekali
bercerita, teman-teman saya sepertinya hampir banyak diamnya juga, kayaknya
bingung mau nanya apaan. Bingung mau nanya apaan atau emang lagi nggak bisa
mikir terlihat beda tipis sepertinya hahaha.
Sekian puluh menit berlalu,
tiba-tiba para mama mama berdiri dan menuju dapur untuk mengoper piring-piring
yang sudah ada isiannya ke rombongan anak kota ini. Saya berpikiran kalau itu
adalah makanan khas dari daerah ini. Seneng tentunya dong ya bisa merasakan
langsung makanan khas dari tempat asalnya.
Disambut dengan nyanyi-nyanyi di dalam rumah |
Satu piring makan, terlihat
diisi seperti tepung halus berwarna agak kecoklatan dan porsinya banyak. Saat itu
yang terlintas dikepalaku adalah seperti makanan Jawa umumya, yaitu ketan bubuk.
Itu lho ketan punel yang diberi taburan bubuk kedelai halus. Hanya mungkin yang
di daerah Manggarai ini taburan bubuknya terlihat over.
Setelah piring dioper ke
tangan saya, saatnya makan rame-rame. Dan lep, satu sendok makan penuh isian
bubuk berwarna kecoklatan tadi dengan pedenya saya masukkan penuh ke dalam mulut
dan hambar rasanya. Aneh banget.
Lidah saya otomatis menolak,
nggak sanggup buat ngelanjutin sendok berikutnya. Teskturnya lembuat seperti
tepung, mungkin kalau di deskripsikan seperti tumbukan beras gitu rasanya.
Saya sendiri nggak ngeh juga
apa nama makanan itu dan kok nggak nanya juga sekalian. Atau bisa jadi waktu para
mama menyebut namanya, telinga saya saja yang nggak awas dengarnya.
Sampai saat ini, saya
sendiri nggak tahu nama makanan khas Manggarai itu.
Sejarah Rebok
Setelah mencoba mencari
informasi melalui mbah Google, ada satu artikel yang mengulas mengenai Rebok. Dari
foto-foto yang beredar hampir sama dengan makanan yang saya coba waktu ke
Manggarai.
Jadi, rebok ini merupakan
makanan tradisional masyarakat Manggarai, Nusa Tenggara Timur. Makanan ini
disuguhkan kepada tamu ketika ada acara adat atau penyambutan tamu yang
berkunjung ke rumah-rumah warga Manggarai. Rebok memang seperti tepung,terbuat
dari tepung beras dan kelapa parut. Sebagian besar warga Manggarai menyajikan
camilan ini dengan digoreng tanpa minyak.
Sajian dari warga Manggarai |
Tetapi waktu saya mencoba makanan
ini, nggak ada rasa-rasa kelapanya. Mungkin tiap orang membuat ramuannya
berbeda-beda.
Balik lagi ke proses
pembuatan rebok, untuk membuat rebok membutuhkan waktu berjam-jam. Jadi jika
seseorang bisa membuat rebok dengan baik, maka usahanya patut diapresiasi. Dari
sinilah mengapa rebok mempunyai sensasi yang kuat untuk mempererat kekeluargaan
lantaran masyarakat Manggarai paham bagaimana lelahnya mengolah jagung dan
beras hingga menjadi rebok, sehingga mereka sangat menghargai orang yang membuat
makanan tradisional itu.
Nah, karena mempunyai daya
tarik sendiri untuk mempererat tali persaudaraan, rebok sampai sekarang masih
disuguhkan kepada siapa saja. Katanya sih, kita kudu bangga jika pernah
disuguhkan rebok.
Dan akhirnya setelah
mengetahui sejarah mengenai rebok ini, saya bangga pernah mencoba mencicipinya.
Jauh jauh ke Manggarai, apa saja yang disuguhkan memang harusnya dimakan ya. Rugi
kalau nggak sampai dicicipi karena makanan seperti rebok ini unik.
Kalau ke Manggarai bolehlah
icip si rebok ini, ingat rebok nama makanan ya, bukan merk sepatu.
Iya awalnya saya kira nama sepatu mbak Ainun. Sungguh unik dan khas ya.
ReplyDeletehehe kepleset sedikit dikira sepatu ya
Deleteiya mbak ini unik banget dan baru ngerasin waktu ke Manggarai dan harus dilestarikan ini mba
tarian caci ini sering aku lihat di TVRI dan di beberapa bacaan anak SD hehe
ReplyDeleteternyata asyik juga ya mbak
penasaran sama rasanya rebok
beruntung mbak ainun pernah ke Manggarai
saya punya teman di sana cuma komunikasi lewat balas komen di Kompasiana hehe
aku malah belum pernah tau ada tarian caci mas ikrom, mungkin karena jarang liat TV juga
Deleteseandainya waktu itu nggak ke Manggarai, mungkin sampe sekarang nggak ngerti kalau ada budaya tarian caci ini
hehehe bikin penasaran ya rebok ini
punya temen sahabat online juga menyenangkan mas ikrom, siapa tahu ketika nanti kesana sudah nggak kesepian lagi, malah ada yang nemenin
Kirain aku Manggarai di Jakarta, eh ternyata Nusa tenggara timur ya. Kan ada tuh nama stasiun Manggarai.😀
ReplyDeleteTernyata cukup susah juga ya membuat rebok. Jadi kalo ada orang yang membuat rebok terus rasanya enak harus di apresiasi karena membuatnya tidak mudah ya.
Ternyata banyak juga daerah yang sudah mbak Ainun jelajahi ya.😀
hahaha kalau Manggarai di Jakarta deketan ya sama rumah mas Agus
Deletemenurut info yang aku baca begitu mas Agus, karena bikinnya penuh perjuangan mungkin ya, jadi yang bisa bikin rebok ini "wow" banget
aku masih belum seberapa mas agus, kayaknya mas Bara tuh yang sering menclok kesana kemari hehehe
Wah seneng banget dapat pengetahuan baru :)
ReplyDeleteTadi sewaktu baca, malah ke bayang soal challenge bubuk kayu manis hehe
Jadi kepengen coba kalau besok ada kesempatan ke Manggarai hihi
yess aminn semoga nanti ada kesempatan ke Manggarai ya mbak.
Deletekarena kuliner yang sering terdengar waktu kita bepergian juga nggak semua sempet dibaca atau ada infonya
Ternyata Reebok kalau dikurang e-nya satu jadi bisa dimakan ya, Mbak? :D
ReplyDeleteWah, jadi penasaran nyicipin rebok. :D
hahahaha iya nanti jadi misscomm deh
Deletesayangnya cuman ada di Manggarai aja ya mas Morish, kalau dijual bebas di tiap daerah di seluruh Indonesia, tinggal pesen aja
Walaupun penampilannya sederhana tapi proses pembuatannya butuh waktu berjam-jamnya. Sangat wajib diapresiasi untuk orang-orang yang berhasil membuat rebok 👏🏻
ReplyDeleteNgomong-ngomong, aku bayangin rasanya, sepertinya nggak akan cocok juga di lidahku 😂
Tapi kalau aku posisinya seperti kak Ainun yang sedang jalan-jalan ke Manggarai, pasti apapun akan aku coba termasuk rebok ini. Hitung-hitung untuk pengalaman lah ya 🤭
aku juga nggak menyangka kalau bikinnya masih melalui tahap ini itu.
Deletewaktu aku makan cuman mikir, "ini beras yang tinggal ditumbuk rata",, aku merasakan beras mentah, karena bumbu bumbunya menurut lidah aku nggak terasa.
ini karena nggak terbiasa juga ya
betul sekali Lia, kalau ke tempat baru rasanya kalau ga ikutan icip icip, nanggung gitu
Oalah namanya rebok ya mbak😃 saya pernah lihat makanan ini di tv, kayaknya di acara jelajah gitu atau jalan-jalan ke pedalaman gitu. Kalau di foto agak mirip gula ya. Dilihat dari proses pembuatannya yang lama. Harus bangga banget bisa mencicipi rebok.
ReplyDeleteiya mba Astri kalau dari foto nampak lembut mirip gula. kalau soal teskturnya memang lembut si rebok ini
Deleteaku seneng tuh mbak kalau kebetulan nemu acara tv yang bahas hal hal unik yang belum pernah aku temuin
Hahahaha, iya ih saya pikir tadi merk sepatu, atau mau cerita tentang sepatu :D
ReplyDeleteTapi unik juga ya, kalau ada kelapanya dicampur tepung beras, bukannya kayak sako-sako ya? pernah tahu nggak sako-sako?
Itu dari kelapa sangrai campur ketan atau apa ya?
Sekarang ada kok yang versi instannya.
Dulu waktu kecil bibi saya jualan itu, dan enyaaakk :D
hahahaha padahal cuman beda di huruf "e"
Deletemungkin sako sako ini rasa manisnya terasa ya mbak, atau masih ada rasa-rasanya gitu?
si rebok ini agak hambar menurut aku
aku baru denger sako sako tuh mbak. Aku langsung browsing hahaha
Saya kira, awalnya ini di Banten atau di Jawa Barat. Ternyata di NTT yaa
ReplyDeleteiya kak Dodo, ini waktu berkunjung ke NTT
DeleteBeneran kan, di ending dibilang namanya mirip merek sepatu :D
ReplyDeletehahahaha monggo di beli reeboknya
DeleteTau aja yg baca mikirnya merk sepatu sport. But anyway, aku salut loh kamu bs nyicipin makanan khas daerah yg dikunjungi. Dan mempelajari ttg pembuatannya juga. Bangga pastinya kita dihargai sbg tamu yg berkunjung dgn dijamu makanan khas daerah mereka.
ReplyDeleteBisa menyaksikan tarian Caci secara langsung pastilah sangat menarik banget ya mba Ainun.
ReplyDeleteRupanya perjalanan ke Manggarai ini sangat kaya akan nilai-nilai budaya. Bahkan ada sambutan dari para pribumi buat para tamu. Bisa mengkonsumsi Rebok langsung dari kota asalnya merupakan sebuah anugerah. Happy lah, meski awalnya terasa agak asing.
Sungguh ya takjub dan bersyukur Indonesia inia beneran kaya akan kebudayaan. Makanan khas tiap daerah pun ada. Beruntung mba sudah explore NTT.
Hahaha..bener looo mbaa dr awal baca judul nya pikiranku dh ke rebook merk sepatu aja aku pikir mb ainun jelajah ke tempat pembuatan tu sepatu..dan ternyataaa pikiranku salah hahaha...
ReplyDeleteRebok makanan khas NTT yaaa jadi ini kayak tepung gt ya mb? Kering kah? Gak kayak sagu yang lembek mirip bubur itu mb? Kok aku liat fotonya kayak kering gt ya
🤣🤣🤣🤣🤣 kalo brand sepatu ditulis rebok, fix KW mba 🤣🤣.
ReplyDeleteBtw menariiik makanannya. Walopun ternyata yg mba Ainun rasain hambar, tp aku tetep penasaran mau coba kalo nanti bisa kesana.
Yg penting kan Coba dulu yaa. Jadi tahu seperti apa rasanya. Bagus juga tamu yg datang tetep disambut begitu yaa. Jarang2 aku ngerasain hal begitu . Tp memang aku blm pernah juga eksplor sampe NTT. Kayaknya kalo datang ke pulau2 di timur masih banyak yaa upacara menyambut tamu seperti ini
aku ngakak mba, yup kalau ada brand sepatu yang tulisannya rebok udah dipastikan KW level kesekian
Deletebahkan balenciaga juga ada KW nya, jadi balance hahahaha.
bener mbak, kalau kita explore tempat baru dan ada suguhan makanan unik yang sebelumnya belum pernah kita coba, harus dicobainn pokoknya. Kalau ga dicoba bakalan penasaran. Aku mikir, masa iya abis sekian banyak explore NTT tapi ga icipin hahaha, kan rugi pesawat yak wkwkwk
ini kebetulan tarian caci menyambut rombongan kita, serasa tamu istimewa, tapi seruu, aku sukaa, pokoknya flores menyenangkan mbak, kudu kesana
Hahahaha. Mba Fanny bisa aja. Padahal iyaa aku juga ada sempet mikir plesetan begitu 🫣🤣
ReplyDeleteMba menarik ih bacanya. Kebetulan aku teh suka yang berbau-bau adat gitu. itu rumahnya agak spooky ya *Pendapat personal* soalnya remang-remang gtu. hehe
btw, aku sempet penasaran sama bentuk makanannya. Hampir komplain ke Mba inun kalau nggak ada gambarnya. etapi ternyata ada diakhir tulisan... hehehe.. Itu bentuknya kaya Gula ya.. wkwk. Aku pun kalau kesana pasti nyobain sih. meskipun soal rasa urusan belakangan ya biar penasarannya terobati. heheh
Waaah jadi mbak Ainun dan rombongan dianggap sebagai tamu agung ya sampai diberi rebok oleh penduduk asli sana. Jadi penasaran deh rasanya gimana.
ReplyDeletePenasaran juga kenapa ada sawah jaring? Tarian caci juga ada foto-fotonya kah?
sayangnya pas ke Wae Rebo saya tidak menyaksikan tarian Caci ini Kak Ainun, tahun 2016 tarian ini masih harus menunggu pas mereka ada acara belum dipertontonkan bebas, bikin kangen aja buat jalan-jalan lagi ke daerah sana dan seru banget bisa menginap di Wae Rebo itu
ReplyDeleteKa Ainun, aku googling Rebok, yang keluar malah merk sepatuu..
ReplyDeleteHuhuhu.. tapi ini aseli unik yaa.. Makanan khas NTT yang gak ada selain di NTT.
Tapi seandainya disuguhi Rebok begini, lalu semisal gak habis, apakah warga NTT tidak tersinggung, ka?
Mungkin ditambah gula jadi lebih diterima lidah kali ya rebok ini hehe unik juga sajiannya...aku belum pernah lihat tarian Caci deh
ReplyDeleteWalah, kok pas ke Flores aku gak sempat cobain ini ya... Mungkin memang diberikan sebagai sajian untuk tamu ya, bukan untuk dijual...
ReplyDelete