Perjalanan
menuju Taman Laut 17 Pulau Riung dari Bukit Weworowet ternyata masih cukup
lama, disepanjang jalan disuguhi tumbuhan ilalang kering dan sesekali lahan
kebun. Jalanan aspal di daerah ini nggak
sepenuhnya mulus, ketika bis mulai melewati rumah-rumah warga, ada sedikit
“pencerahan” mengenai daerah ini, karena sepanjang jalan sebelumnya nggak
melihat sama sekali pemukiman warga.
Perpaduan
jalanan aspal yang sedikit rusak dan jalanan tanah sukses membuat bis bergoyang
dan kondisi badan yang sudah duduk selama 4 jam dari Ende cukup membuat saya
“oleng” alias capek.
Sore
itu selepas meletakkan barang-barang di kamar hotel, saya dan teman-teman
mencoba berkeliling di area sekitar hotel, yaitu pasar. Blusukan ke dalam pasar
di suatu tempat asing memang menyenangkan, disini saya bisa melihat beragam
karakter warga dan bisa mengetahui keramahan warganya.
Kebetulan
saya kekurangan celana untuk ganti, akhirnya saya menemukan pedagang celana
kolor dan sampai sekarang celananya masih awet, prestasi luar biasa. Yang
membuat saya nggak menyangka adalah pedagang disini kebanyakan pendatang dari
Pulau Jawa, seperti pedagang celana ini. Begini ya kalau mencari rezeki sampai
jauh dari tanah kelahiran.
Malam
hari nggak ada yang bisa dilakukan selain pergi ke café, karena geliat café
paling ramai ketika malam hari, terlihat banyak turis asing yang sekedar
nongkrong sambil nge-bir dan bercengkrama dengan turis asing lainnya. Sedangkan
rombongan saya, asik menikmati sajian makan malam di salah satu resto yang
masaknya juga lama, karena banyak pesanan pengunjung.
Island
Hopping di Taman Laut 17 Pulau Riung
Sedikit
informasi mengenai Taman Laut 17 Pulau Riung ini, yaitu merupakan kawasan taman
laut dengan gugusan pulau-pulau kecil dan besar yang memanjang dari Toro Padang
disebelah barat hingga Pulau Pangsar disebelah timur dan semua pulaunya tidak
berpenghuni.
Meskipun
bernama 17 Pulau, sebenarnya disini terdapat 24 pulau-pulau kecil yang indah.
Nama “tujuh belas” diberikan sebagai pengingat Hari Kemerdekaan Indonesia yang
diperingati pada tanggal 17 Agustus 1945.
Pulau
utama disini ada Pulau Ontoloe (pulau terbesar), Pulau Pau, Pulau Borong, Pulau
Dua, Pulau Kolong, Pulau Lainjawa, Pulau Besar, Pulau Halima (Pulau Nani),
Pulau Patta, Pulau Rutong, Pulau Meja, Pulau Bampa, Pulau Tiga, Pulau Tembaga,
Pulau Taor, Pulau Sui dan Pulau Wire.
Paginya
saya bersiap untuk Island Hopping, disepanjang jalan menuju dermaga, saya
melihat beberapa rumah panggung khas warga Bajo, yup di daerah Riung ini ada
kampung Bajo juga, dan saya baru tahu. Pagi hari jam 5 di dermaga ini cuaca
sudah cerah dan udaranya segar banget, benar-benar daerah yang bebas polusi.
Rumah panggung Bajo |
Pagi di dermaga |
Saya
nggak hafal nama-nama pulau yang dilintasi oleh kapal sewaan ini, tujuan
rombongan saya hanya ke beberapa pulau saja, karena sehari nggak bakalan cukup
untuk explore Taman Laut di Riung ini. Seingat saya, tujuan pertama yang
disinggahi adalah pulau Bidadari, sebutan pulau-pulau disini benar-benar susah
diingat.
Kapal
yang membawa rombongan saya nggak bisa dekat dengan daratan, jadi untuk menuju
daratan, semua penghuni kapal termasuk saya harus berenang. Perjuangan banget
dari kapal untuk sampai ke daratan, maksud hati renang dengan arah lurus,
tiba-tiba bisa ke arah lainnya, ini karena arus bawah laut kencang banget.
Kalau dilihat dari atas kapal terlihat biasa saja, setelah nyebur, widihhh
ampun.
Perjalanan
yang cukup jauh dari dermaga tadi ke pulau ini, nggak sadar kalau waktu sudah
tengah hari dan terik banget, memang paling pas kalau dipulau nggak berpenghuni
ini hanya diisi dengan foto-foto saja. Pasir putih dan gradasi warna biru
lautnya benar-benar membuat saya pengen gegoleran dan bersantai.
Puas
di pulau ini, perjalanan dilanjutkan kembali dengan menyambangi pulau Kalong,
kata pak nelayan di pulau ini bakalan muncul banyak kelelawar jika dibunyikan
suara-suara “pemanggil” kerumunan kelelawar oleh pak nelayan, karena nelayan
disini lebih jago daripada kita.
Pulau Kalong, kelelawarnya muncul perlahan-lahan, dari dikit lalu tiba-tiba bergerombol banyak |
Ketika
saya berkeliling di kawasan Taman Laut 17 Pulau Riung ini, saya hanya bisa
mengagumi bukit-bukit hijau yang memanjang ditengah laut. Dan saat itu saya
nggak kepikiran kalau bukit ini hampir sama dengan bentuk bukit-bukit di
Kepulauan Komodo, karena Komodo adalah destinasi terakhir dihari kesekian trip
Flores Overland dari timur ke barat ini. Sedangkan destinasi selanjutnya setelah
17 Pulau Riung masih banyak yang akan dihampiri.
Akses
Taman Laut 17 Pulau Riung
Keesokan
harinya, saya sudah check-out hotel dan bersiap untuk meninggalkan Kecamatan
Riung. Rute perjalanan pulang tentu berbeda dengan rute kedatangan, karena
tujuan saya selanjutnya adalah ke Kabupaten Bajawa.
Rute
perjalanan ini adalah rute ekstrim yang saya lalui, bis kecil bermuatan
kapasitas sekitar 30-40 tempat duduk ini melaju disamping bukit dan sisi
satunya adalah jurang, kondisi jalan yang nggak rata dan berliku membuat saya
sebagai orang baru di daerah ini cukup deg-degan juga.
Masih mending kalau
jalannya lurus saja dan berliku, karena yang membuat seisi bis diam adalah
ketika melewati jalan tanjakan yang cukup tinggi dan jalanannya langsung belok,
sedangkan disisi berlawanan tidak bisa terlihat ada kendaraan karena tikungan
jalan tadi, dan jalanan kecil ini saja hampir dikuasai oleh badan bis.
Tidak
mengherankan jika Taman Laut 17 Pulau Riung ini masih sepi dari kunjungan wisatawan,
karena akses kesana yang cukup menantang dan jauh dari pusat kota.
Ada
baiknya jika teman-teman akan mampir ke Pulau Riung mending sewa guide asli
Flores yang sudah mengenal dengan baik rute jalan, kondisi jalan dan situasi
setempat, karena disini jarang terlihat petunjuk jalan. Dan kalau pengen
diving, bisalah Pulau Riung ini dijadikan jujugan teman-teman juga.
Indahnya. Saya belum pernah sama sekali berkunjung ke kepulauan di Nusa Tenggara.
ReplyDeleteSemoga saya masih diberi kesempatan untuk ke sana, bersama anak dan istri.
Btw, saya tidak percaya celana kolor yang dibeli di sana masih awet. Mana coba foto celananya, kata orang no pic is hoax. Hehe,, becanda Mbak.
Sehat selalu.
aminn semoga nanti ada kesempatan untuk ke NTT ya mas agung :)
Deletehahahaha aku malu malu kucing, kolorannya meskipun ada jahitan yang lepas dibagian karetnya, tapi hebat juga sampai sekarang nggak jadi lap kompor wkwkwkwk
Indah banget, terima kasih mbak sudah memperkenalkan wisata alam di NTT. Moga nanti kesampaian untuk holiday ke sana.
ReplyDeleteiya mas rulfhi ini bener bener cakep viewnya
Deleteamin semoga nanti berkesempatan mampir ke NTT ya
Wah saya tinggal di Ende.. hanya sialnya belum pernah ke Taman Laut Riung ini.. Salam Kenal Saja..
ReplyDeletesalam kenal bang ancis, wahh nggak nyangka ada pembaca dari Ende.
Deletesemoga nanti bisa balik lagi ke Ende bang
Di NTT itu memang sangat banyak yang bisa diexplore ya. Saya kalau dapat seperti taman laut 17 Riung ini mungkin akan ngotot Island Hoppingnya dua hari biar bisa snorkel lama lama hahahahah. Btw alam bawah lautnya kok ga ditampilkan fotonya?
ReplyDeletebanget banget mas cipu, banyak dan cakep cakep
Deleteiya kurang kalo cuman sehari, 2 hari mayan lah kalau mau lebih banyak island hoppingnya.
arus bawahnya kenceng waktu kesana mas cipu, ga pegang kamera waterproof juga waktu itu.
kalau baca cerita tentang taman laut 17 ini jadi sedih,, soalnya pas di stay di NTT gak sempat ke sini,, khususnya pas udh datang ke kabupaten ngada tempat taman laut ini berada, padahal stay di Kota Bajawanya (ibukota Ngada) sampai 1 bulan lamanya tapi cuma sempat ke pemandian air panas soa dan kampung tradisional bena aja.. :(
ReplyDeletekalau teringat gini jadi sedih ya mas bara, sedihnya nyesel gimana gitu.
Deletewaktu perjalanan dari riung ke bajawa cukup jauh juga, mungkin 3-4 jam kalau ga salah ingat.
semoga besok besok ada kesempatan ke NTT lagi ya mas bara, pasti udah banyak perubahan sekarang
Keren banget ya, nggak abis-abis rasanya cerita dari NTT ini.
ReplyDeleteBtw, itu wilayah bajo kayaknya memang sebutan untuk rumah-rumah nelayan di tepi laut ya.
Hampir di semua daerah mesti namanya Bajo.
Di Buton juga dekat tempat tugas mama saya, ada kampung namanya wajo, uniknya itu, kalau mau ke sana kudu naik perahu, soalnya mereka tinggal di muara, di mana rumahnya tuh dari kayu dan bawah kolongnya laut.
Unik banget sih :D
hehehe NTT cakepnya nggak abis abis mbak
Deleteiya mba aku baru ngeh juga waktu ke sana, kok ada nama bajo, malah yang aku tau nama bajo identik dengan yang di sulawesi, pulau apa ya yang ditempati suku bajo gitu, lupa hahaha
nahh ternyata di Buton ada juga ya, kayaknya nama Bajo ini identik dengan warga yang tinggal di atas permukaan laut, segala kehidupannya bersumber dari air laut juga
MBAAAA AINUNNN seriously fotonya bagus-bagus bangettttt -- saya jadi bisa merasakan keindahannya Pulaunya dari cerita mba 😍 huhu saya tuh nggak berani island hoping (naik kapal). Jadi selama ini kalaupun pernah pergi contoh ke Bajo, ya di tepian saja nggak ke Pulau Padar dan sebagainya, apalagi sampai seperti mba Ainun yang pergi ke NTT, ke Ende, dan pulau-pulau cantik di atas 😭
ReplyDeletePadahal saya suka lihat birunya laut, dan selalu penasaran untuk island hoping terus jadi semakin gigit jari lihat foto yang pada berdiri pakai baju pelampung di atas 🤣 ahhhh semoga saya punya keberanian suatu saat 💕
hehehe aku mesem mesem waktu mba eno cuman bisa gigit jari liat foto foto rombonganku pakai pelampung, tetep safety ya, meskipun waktu mengarungi lautan apalagi pas ombak nggak bisa diprediksi bawaannya deg deg ser juga mba.
Deletesemoga someday muncul keberanian buat ikutan cobain island hopping, kalau ke komodo ukuran kapalnya masih agak besar, dan sepertinya akan baik-baik saja.
karena waktu aku ke komodo milih tidur di kapal. nulis ini jadi keinget waktu tidur di kapal, besoknya badan langsung panas, meriang, ga fit wkwkwkwkw, wagelasehh kena angin laut semalam langsung KO. dan kapal yang aku sewa sebanyak 2, dan kapal satunya langsung karam mbak, alias miring gitu, aku punya foto kenangannya hehehe. untung taunya karam pas pagi, coba kalau malem masih pada merem semua
Hahahasemb, ku marathon baca blognya mba ai malah jadi pengen nulis travelingku lagi, #lirik foto yang udah banyak taksimpan di folder #tinggal nunggu eksekusi
ReplyDeleteBtw sama dong aku juga paling senang blusukan ke pasar di tempat-tempat baru, soalnya pingin tahu dagangan khasnya apa
Dan ku pun penyuka celana santai alias kulot, adem soalnya
Eh itu bagus amat yak, pas bagian pulau yang ada kelelawarnya
hehehe siappp tinggal kutunggu publishnya aja
Deleteiya kadang ada perasaan seneng gimana gitu waktu blusukan ke pasar di tempat asing, mirip-mirip sama suasana pasar pada umumnya, yang bikin seneng denger percakapan antar pedagang yang menggunakan bahasa daerahnya, karena asing ditelinga
waktu ke pulau kelelawar itu, kita nggak turun mbak, cuman berhenti di sekeliling kapal sambil manggil manggil si kelewawar, rimbun banget pohonnya
Cckkkckkk keren2 banget pulau laut 17....Kebayang nggak kalau gw yang disana terus berselancar..Haahaa..😂😂
ReplyDeleteButuh berapa lama yaa jika ingin mengelilingi 24 pula tersebut. 2 atau 3 pulau saja mungkin bisa melelahkan yaa..😊😊 Karena jika dilihat dari gambarnya kayaknya luas banget untuk satu pulau saja.😊😊😊
wahhh kalau mas satria kesana kayaknya betah hahaha
Deletekalau niat mau ngunjungi semua pulaunya mungkin butuh waktu seminggu, dinikmati slow aja gitu, santai, biar nggak capek juga. dan kayaknya bakalan puas tiap hari liat laut, asal nggak mabuk laut
setuju banget, kalau ke pulau2 begini sebaiknya memang menyewa jasa pemandu wisata lokal. Selain karena mereka sudah menguasai rute2 yang akan dilewati, kita juga jd membantu pergerakan ekonomi mereka.
ReplyDeleteDuh mupeng deh kalau lihat foto2nya, tapi ya sadar diri selain sudah jompo, jauh pula ...Ngebayangin jangan2 markasnya batman ada di pulau Kalong :)
Bajawa terkenal akan kopinya, bukan?
ReplyDeleteAsyik ya bisa island hopping eh tapi daku blm bisa renang. Belajar dulu deh. Jadi kak Ainun di sana renang plus diving apa gimana?
Benar-benar berenang dalam arti sebenarnya ya, Kak. Bukan yang berenang tapi kaki masih nginjak pasirnya gitu ya. Berarti kalau mau ke sana kudu banget bisa berenang ya, Kak?
ReplyDeleteEmang nama nama pulau di daerah itu susah disebut dan diinget. Mau nyatet kadang ga sempet. Paling biasanya nanti liat di gmaps sih. Seru juga main kesini, kayaknya masih jarang pengunjung nya ga semaimstream labuan bajo dkk
ReplyDeleteMeski perjalanan jauh dan penuh perjuangan, akhirnya sampai di lokasi tujuan. Nah iya mba, aku pun seneng kalau lagi pelrsiran gini mampir ke pasar tradisionalnya. Jadi lebih dapet vibed kearifan lokal dan wow takjub, kolornya masih awet lho.
ReplyDeleteJafi tau juga terkait Laut 17 Pulau Riung kenapa dinamakan 17 Pulau, aku sempat ngira total pupaunya segitu. Ternyata bukan, malah lebih banyak pulau nya 🤩.
Pemandangan sangat indah, suasana bikin betah. Semoga saja next aku pun bisa kesana 🤩😇
Pemandangannya keren mbaa. Kapan ya, aku ke Flores, pulau Komodo, pulau Riung... Ah.makasih tipsnya untuk sewa local guide. Memang berabe klo sebagai pelancong yg baru ke sana, terus nyasar... Yg ada ambyar moodnya hehe
ReplyDeleteSaya pun kalau Flores selalu memesan guide asli sana Kak Ai, lebih dipercaya karena mereka pastinya tau kondisi daerah sana jadi merasa lebih aman saja, dan pastinya yang jujur juga, sayangnya beberapa kali saya ke sana ga sempat mengunjungi pulai ini, padahal cantik banget ya
ReplyDeleteIni trip nya pas pandemi 2020 atau sebelum itu mba?
ReplyDeleteDuuuuh lihat fotonya aja kebayang bersihnya pulau iniiii. Aku suka gradasi warna airnya dari turquoise menjadi biru gelap. 😍😍.
Ada bagusnya sepi, aku berharap pulaunya ttp bersih dan cantik
Iya sih yaa.. Kalau ke tempat yang istilahnya bukan di Jawa lagi, lebih enak sewa guide yaa..
ReplyDeleteKalau di Jawa, mungkin masih bisa googling, enaknya kemana, apa yang bagus dan ikonik.
Tapi kalau uda ke Flores, blog ka Ainun bisa jadi salah satu referensi yang bisa menjadi panduan bagi traveller yang akan menjelajah ke Pulau Riung.
Pas di sana tetep bisa tersambung dengan sosial media-kah?
Btw, serem ga.. liat kelelawar?
Hhehee.. kayanya di bayanganku mereka hanya mau keluar pas uda gelap.