Pertama kali mendengar nama
Suku Osing yaitu ketika saya melakukan perjalanan dinas ke Banyuwangi dari
rekan kerja area Banyuwangi sana. Kemudian muncullah rasa ingin tahu sehingga
saya langsung coba browsing dan mencari waktu saat break acara dengan merayu teman
sejawatan untuk diantar ke desa tempat Suku Osing berada, saat itu tahun 2012.
Kesederhanaan Kampung Osing
Tujuh tahun berselang, saya
balik lagi khusus untuk mengunjungi keberadaan kampung Osing yang sesungguhnya,
terniat pokoknya. Andre yang notabene sudah tahu lokasi sebenarnya, langsung
mengarahkan motornya ke gang kecil yang tidak terpasang papan petunjuk. Menurut
Andre, jika ada wisatawan atau tamu diluar daerah ini, mereka akan diarahkan ke
kantor khusus penerimaan wisatawan dan nantinya akan diantar ke kampung "replika"
wisata Osing.
Gang untuk masuk ke kampung
asli Suku Osing hanya bisa dilalui dengan motor dan kalaupun mau berjalan kaki
agak jauh juga dari jalan raya utama. Selain melewati perkampungan warga, saya
juga disuguhkan pemandangan sawah, bikin segar mata pokoknya.
Dan, sampailah saya di area
kampung Suku Osing yang sesungguhnya, siang itu nampak sepi, tidak ada warga
yang terlihat duduk-duduk di teras rumah atau di gazebo.
Lahh kok tiba-tiba ada salah
satu warga yang keluar dari dalam rumahnya dan dengan baiknya mempersilahkan
rombongan saya untuk istirahat di rumahnya. Pasangan suami istri ini dengan
baiknya memperbolehkan saya untuk mengambil gambar bahkan sampai ke dapurnya.
Rumah dengan model sederhana
ini sudah nampak modern dengan lantai keramik di ruang tamu dan ruang kamar
tidur. Untuk bagian dinding rumah masih dominan dengan menggunakan anyaman dari bilah-bilah bambu atau bahasa Jawanya 'gedeg'. Kursi dan lemari kayu model jadul juga masih bertahan di rumah ini, lampu
gantung pun masih bernuansa vintage tapi masih bagus.
Untuk area dapur, lantainya masih berupa tanah, tapi yang membuat saya kagum adalah meskipun berlantai tanah tetap bersih dan peralatan dapurnya juga masih mempertahankan tungku kayu bakar, meskipun kompor gas juga sudah ada di dapur ini.
Untuk area dapur, lantainya masih berupa tanah, tapi yang membuat saya kagum adalah meskipun berlantai tanah tetap bersih dan peralatan dapurnya juga masih mempertahankan tungku kayu bakar, meskipun kompor gas juga sudah ada di dapur ini.
Bersantai sejenak di rumah
pasutri ini membuat saya betah, adem banget, ngobrol panjang sama bapak ibunya
menyenangkan. Menurut penuturan ibunya, bahkan ada tamu yang berkunjung pernah menginap di
rumahnya. Jadi pengen juga.
Teman saya masih asyik
bercengkrama dengan si bapak ibu, saya mencoba berjalan keluar rumah menikmati
suasana sekitar. Di kampung yang hanya terdiri dari beberapa rumah ini,
terdapat sebuah gazebo yang tidak terlalu luas, terlihat pajangan barong osing
yang biasa digunakan untuk pertunjukan dan beberapa lesung serta alu. Sayang sekali
saya tidak bisa melihat langsung pertunjukan barong Osing.
Sebenarnya di Banyuwangi ini
setiap tahunnya rutin digelar Festival Banyuwangi dengan mengedepankan sektor pariwisatanya,
seperti gelaran Jazz Gunung Ijen, Banyuwangi Ethno Carnival, Festival Gandrung
Sewu dan masih banyak lagi. Beberapa event festival yang digelar hanya beberapa
yang sempat saya datangi murni untuk nonton, bukan karena acara kantor saya yang
joint dengan festival itu.
Saya sendiri percaya kalau
kesadaran warga Banyuwangi untuk melestarikan budayanya sangat tinggi, banyak
cara untuk terus memperkenalkan budaya asli mereka bagi warga luar Banyuwangi
bahkan sampai ke mancanegara. Bandara Blimbingsari Banyuwangi pun sempat
membuka rute internasional, saya sebagai warga Jember merasa tertinggal hahaha.
Kalau teman-teman berencana
ke Banyuwangi, bolehlah singgah ke Desa Wisata Osing ini, eh bisa sekalian icip
kopi asli Osing juga lho.
Lately saya lihat banyak banget yang share cerita perjalanan ke Banyuwangi, terus saya jadi mupeng dongggg ingin ke Banyuwangi juga :)) apalagi ada hotel bagus di sana yang view-nya juga indah ~ hihi.
ReplyDeleteBy the way, seru juga ya mba bisa lihat area suku Osing asli. Waktu mba Ainun ke sana, apakah ada banyak turis yang berkunjung juga? :D
hehehe di banyuwangi udah mulai banyak hotel hotel bagus, apalagi yang view ke selat bali, tinggal milih
Deletenah ini yang awalnya bikin aku penasaran karena baru dengar nama suku Osing, logat bicara mereka awalnya buatku terdengar aneh mbak hehehe
waktu aku ke kampung Osing cuman rombongan aku aja mbak, cuman bertiga.
Banyuwangi emang kereeeennn, salah satu destinasi impian :)
Deleteasek asek semoga kesampaian main ke Banyuwanginya mbak Rey, mau kulineran ada banyakkk mbak, mau pantai dalam kota ada juga mbak, kayaknya semua ada ya
DeleteBaru pernah denger ada yang namanya Suku Osing. Makasih mbak referensinya! Lain kali kalau ke Banyuwangi akan ke desa ini deh pengin ketemu orang lokalnya dan cobain kopinya langsung xixi
ReplyDeleteyuhuu mbak onix, ketemu langsung dengan warga suku asli banyuwangi menyenangkan juga, ramah ramah
Deletekalo ke daerah kemiren ini cobalah mampir ke warung Pesantongan Kemangi, nuansa osingnya bener bener terasa
Wah menarik banget ini. Jadi bisa sekalian homestay juga yaa di rumah penduduknya. Apalagi bisa sekalian nyobain kopi asli sana juga. Tapi untuk berkunjung ke sini apakah ada biaya masuk, Mba?
ReplyDeleteWaktu road trip tahun lalu ke Bali, kami melewati Banyuwangi dan suami bercita-cita pengen ke sini juga, rencananya tahun ini harusnya ke sana. Tapi apa daya kondisi nggak memungkinkan ):
Terima kasih Mba Ainun untuk cerita Banyuwanginya!
biasanya untuk mencoba pengalaman menginap tersedia hotel atau homestay dengan nuansa rumah adat osing. Dan kalo ke banyuwangi bertepatan dengan festival tahunannya, akan ada festival ngopi yang nyediain kopi kopi khas Osing.
Deletedi daerah kemiren juga ada warung pesantongan kemangi, di sini juga ada makanan khas osing, mayan rame juga tempatnya
kondisi saat ini bener bener membuat semuanya cancel perjalanan ya mbak. semoga wabah ini cepat berlalu ya
untuk di kampung yang saya kunjungi ini nggak ada biaya masuknya mba, karena sedikit yang tau lokasi kampung 'aslinya' ini
Deletebiasanya kalo ada wisatawan akan diarahkan ke kampung di sisi yang berbeda, dan bukan masuk di gang yang ini, dan sepengetahuan saya ada biayanya. nggak mahal mahal kok mba hehe,
Saya tuh ke Banyuwangi cuma mampir saja, belum pernah explore. Semoga suatu hari bisa menjelajahi Banyuwangi dan mengunjungi tempat-tempat wisata daerah di Banyuwangi
ReplyDeleteamin, semoga nantinya ada kesempatan balik lagi ya mas cipu dan waktunya agak lamaan, biar bisa naik ke ijen, pulau merah atau pulau tabuhan
DeleteKayaknya kalau dioptimalkan bisa jadi daerah tujuan wisata yang populer sehingga kelak bisa mensejahterakan warga yang ada disekitarnya.
ReplyDeletePerlu orang-orang seperti mbaknya yang memblow-up daerah tersebut.
dan pengunjung tetap berkunjung dengan baik, tidak merusak benda benda atau alam disekitarnya, biar tetep alami seperti biasa. Plus rasa menghormati tuan rumah sepertinya ya, biar acara 'bertamu' seperti ini terasa menyenangkan dan dapat sambutan yang baik
DeleteSaya belum pernah ke Banyuwangi mbak, padahal ada anak paman yang menikah dengan orang sana, jauh soalnya kalo kesana, bisa 24 jam sekali jalan. Tapi yang utama berat di ongkos sih.
ReplyDeleteKata saudara saya memang Banyuwangi masih asri. Kalo soal orang Osing setahuku sih mereka katanya penduduk dari Majapahit yang menyingkir kesana ketika kalah perang lawan Demak.
Oh ya, udah mampir ke alas Purwo ngga mbak, itu juga ngga kalah seru dengan kampung orang Osing.😄
punya saudara wong Banyuwangi toh mas agus ini hehe. 24 jam lumayan banget mas agus, apalagi kalo dari ujung ke ujung ya, biaya pasti lebih mahal
Deleteaku belum browsing soal asal muasal suku osing, ternyata begitu toh
wahh yang dimaksud nggak kalah seru ini dibagian mananya dulu hahaha
temen temenku sering ajakin kesana, karna aku wiken ada acara kantor jadi banyak nggak pas jadwalnya. kalo malem kayaknya aku nggak berani untuk jalan di alas purwo hahaha. Kayaknya semua orang udah tau soal alas purwo ini, tau soal ada apa apanya hehe
Cocok jadi lokasi syuting untuk film-film yang setting ceritanya di masa lampau.
ReplyDeleteSemoga pemerintah Banyuwangi bisa membantu pengembangan potensi wisata semacam ini, karena sekaligus mengenalkan tradisi dan budaya setempat yang berlaku di keseharian masyarakatnya.
kayaknya menarik ya kalau ada film dengan setting kampung Osing ini, karena budayanya emang kental banget
Deleteamin, sepertinya pemerintah Banyuwangi sendiri kalo aku perhatikan sangat aware sama keberadaan budaya dan kampung adat seperti ini. apalagi sekarang ada wabah ini, dan biasanya di kampung kemiren ini ada pertunjukan tari tradisional oleh para sesepuhnya dan sekarang agak sepi performnya
Saya udah lama dong pengen ke Banyuwangi, dulu waktu ke Bali sebenarnya pengen ke banyuwangi, tapi karena bersebelahan dengan Bali sekalian deh hahaha.
ReplyDeleteBtw itu rumahnya mengingatkan rumah nenek saya di Buton, di sana masih ada loh yang kayak gini, cuman memang kalau di sana kebanyakan pakai rumah panggung.
Kalau yang rumah gini ada, tapi udah jarang.
Keren nih nginap di sini, asal ada kamar mandi dan kloset aja, soalnya biasanya mandi di sungai hahahahaha :D
hehe semoga nanti ada kesempatan ke Banyuwangi mbak rey, aminnnnnnnn
Deletekebanyakan rumah di Buton full kayu kayu beginian ya mba? keliatan tradisional dan mempertahankan ciri khas daerahnya ya
nahh kalo yang ini, aku liat kayaknya kemarin nggak ada kamar mandi di dalam rumahnya hehehe, jadi kayaknya mending di penginapan yang dibuat mirip dengan nuansa Osing. kalo malem malem pengen ke kamar mandi nggak takut lagi kalo harus keluar rumah malem malem, apalagi kalo sampe ke sungai hehe
Aamiin aamiin :)
DeleteIya bener, terutama di desa-desa, meski sekarang udah banyak yang beralih ke rumah modern, tapi masih banyak juga yang masih punya rumah dengan ciri khas kayu.
Nah kan, kebanyakan rumah-rumah dulu, KMnya pisah, memang dulu kan ada aturan bikin septiktank berapa meter dari rumah.
Seiring waktu, orang bikin septik tanknya jauh, kamar mandinya di rumah, sampai akhirnya sekarang, septiktang dalam rumah hahaha
hahaha asli aku ketawa baca penjelasan mba rey, bener ya jaman sekarang saking majunya jaman, bikin septiktang udah di dalam rumah, lah wong diperumahan kayak rumahku sekarang nggak ada tanah kosong, samping belakang udah mepet tembok orang, depan udah jalan
DeleteWah, rumahnya sangat tradisional, termasuk perabotan mebel, lesung juga masih ada ya. Saya masih ada mbak, pawon alias tungku kayu di rumah, tapi jarang sekali digunakan.
ReplyDeleteSayang ya event dan pertunjukan keseniannya nggak bisa lihat. Pasti makin seru seru.
betul mba, masih mempertahankan jaman dulu ya perabotannya. Katanya kalo masak di tungku hasil masakannya lebih enak mbak
Deleteiya nih mbak, selama ini cuman bisa liat di foto orang orang, soal pertunjukan yang dari lesung itu, sepertinya menarik. Liat barong Banyuwangi langsung juga belum pernah hehe
Nah, karena Banyuwangi salah satu lokasi wisata incaranku nama suku Osing cukup kukenal.
ReplyDeleteDaaan .. tentu saja yang pengin kutonton tarian traditionalnya, tari Gandrung 😁
wow kak himawan udah tau nama suku osing berati ya, luar biasa. pasti bikin penasaran ya
Deletedateng pas festival gandrung sewu menarik, dan ruamennyaaaaaa luar biasaaa pokoknya, siap siap berpanas-panasan. tapi emang bagusss acaranya, aku sendiri belum pernah liat langsung kalo untuk festival gandrung sewu ini
Waaaa rumahnya dr luar keliatan aestetik bgt mbaaakkk. Nggak kalah unik bagian dalam yg masih pke anyaman bambu dindingnya yaa. Ditempatku sudah jarang yg punya rumah sederhana macam gini.. Krna memang aku tinggal di desa, dulu pas masih SD masih sering menjumpai rumah2 model bgini. Sygnya skrg nggak byk yg melestarikan kesederhanaan macam kampung ini
ReplyDeleteiya mba el, dulu banyak banget ya nemuin rumah dengan tembok dari gedeg, jaman aku kecil di tempat ibuku ngajar di desa juga lumayan banyak, malah separuh tembok, separuh lagi gedeg
Deletekampung osing ini bener bener melestarikan asal mula kampungnya, tetep nyaman buat ditinggali
Kunjungan perdana ke blog ini. Masih jarang artikel yang mengulas Banyuwangi. Selama ini Banyuwangi sebagai persinggahan menuju Bali. ternyata ada desa yang masih terjaga kearifan lokalnya. Biasanya warganya sangat menjaga alam sekitar
ReplyDeleteterima kasih pak vicky udah mampir
DeleteBanyuwangi sebagian besar orang indonesia tahu keberadaannya, karena sering dilewati jika memilih jalur darat ke Bali. Budaya asli Banyuwangi yang saya tau bener bener dilestarikan terus, bahkan diadakan festival tahunan untuk tetap menjaga terus tradisinya dan supaya warga diluar banyuwangi juga tau akan tradisi ini
Di Banyuwangi banyak pantai bagus ya santara lain pulau merah.
ReplyDeleteAku sebenarnya penasaran sama suku Osing tentang adat istiadat dan kebiasaannys.
Suku Oding itu penduduk asli Banyuwangi dan aku dengar-dengar konon suku ini mereka yang punya kelebuhan "kepinteran" tersendiri.
Pingin juga nich ihat festival Banyuwangi.
bener mbak pulau merah terkenal di kalangan surfer internasional, pernah kesana kah?
Deletenah katanya begitu mba, yang asli suku osing terutama yang 'orang pinter' nya punya kemampuan lebih. aku masih belum ngulik terlalu banyak soal Osing ini, pengennya bisa denger ceritanya langsung dari sesepuhnya. Kalau nanya ke temen temen yang asli Banyuwangi juga bisa sebenernya
ayo mba diagendakan ke main ke Banyuwangi nya
suku osing ini apakah masih termasuk bagian suku jawa? atau suku yg berbeda dg bahasa yg berbeda layaknya suku madura ya??
ReplyDeletemelihat foto2 rumahnya seperti kembali ke masa dua puluhan tahun silam di rumah sodara2ku di depan rumah.. kek gitu juga nuansanya hehe..
-traveler paruh waktu
Suku osing ini berbeda dengan suku Jawa, dan mereka punya bahasa sendiri yaitu Bahasa Osing, waktu pertama kali denger orang ngomong bahasa ini, aku roaming hahaha, bener bener beda dialeknya. sekarang banyak lagu lagu banyuwangian yang bahasanya dicampur jawa kayaknya, mungkin untuk beberapa kata aku tau artinya, kalau disuruh ngomong nggak bisa hahaha
Deleteiya mas bara rumah kayak gini, kayak rumah rumah tetangga aku jaman kecil dulu, serba kayu, dinding gedeg, meja lemari kuno kayak gini, malah dirumah aku masih ada model lemari kayak gini, awet hehehe
Mba ai, aku dong dulu sempat penasaran banget dengan tempat2 kece di banyuwangi salah satunya karena sempat ketrigger pas penasaran tau pertama kali cerita kkn desa penari, walaupun tempatnya belum tentu juga di daerah osing ini ya, hihi...tapi sempat waktu itu aku yang maratonan ngeliat berbagai channel yutub yang ngebahas banyuwangi dan tempat suku osing salah satunya
ReplyDeleteBagus tempatnya, segerrr, udaranya kelihatan masih fresh
Ngomongin tradisi warga osing yang aku ingat banget adalah tradisi mepe (menjemur) sambil menggebuk2 kasur yang semuanya warna hitam bawahnya merah....
Di sana rumah2 warga masih tradisional punya ya
Kerasa banget klasiknya, walau sudah menambahkan ornamen modernnya seperti sudah dikeramik..
Aku suka nih model2 gini, apik buat difota foto hihihi
Gimana mba, dirimu mblusuk sampai area pancuran2 atau sendang2nya dan petilasannya ga?
yang waktu rame cerita kkn itu memang sebagian besar orang mengarahnya ke Banyuwangi
Deletewahh sampai browsing segala sesuatu soal Banyuwangi ya hehehe
nah iya mba nit, di banyuwangi ada tradisi mepe kasur, aku belum kesampaian nonton langsung, padahal pengen. Acara ini rutin diadakan tiap tahun, tradisinya bener bener dilestarikan. untuk tahun ini kurang tau apakah akan diadakan atau tidak festival festival di Banyuwangi, karena kondisi seperti ini
iya mba meskipun lantai berkeramik tapi dinding dan sebagian besar bentuk rumahnya masih seperti sedia kala
aku nggak sampe blusukan ke area sendang2 atau petilasan mbak, mungkin next time ya, sama orang Banyuwangi yang bener bener tau sejarah, biar bisa tau juga ceritanya
Kalo cuman bagian luar terasa biasa aja yah. Tapi bagian dalam mulai dari ruang tamu hingga dapur perabotannya mengingatkan masa kecil dahulu. TV cembung dan besar kemudian dapur tungku.
ReplyDeleteiya bang day, ruang tamu jaman dulu, lemarinya sama persis kayak dirumah. rumah bang day juga begitu ya dulu?
Deletepunya perabotan tv cembung jaman dulu udah wahh banget ya meskipun hitam putih, jadi keinget masa kecil nih hehehe
aku 2018 kemarin ke sini
ReplyDeletesuka banget asri
pas itu ada pertunjukan barong
iya mbak suka banget sama kesederhanaan mereka
apalagi perabotannya itu
rumah tikelnya juga
ah pingin ke sana lagi
seru tuh bisa liat langsung pertunjukan barongnya
Deletewarga sini sederhana dan ramah ya mas ikrom, apa adanya gitu. tamu disambut dengan baik, suka liatnya
semoga wabah ini segera berakhir dan mas ikrom maupun aku bisa balik lagi ke sana ya
Rumah Gedeg mengingaktanku pada waktu kecil, Ayahku bikin rumah gedek yang begitu sederhana dan penuh keceriaan di dalamnya, bagian ruang tamu dilapisi menggunakan koran, dan suatu saat adik dan kaka sepupu yang masih SMP mendapat tugas suruh mencari iklan kecik di koran, akhirnya koran di ruang tamuku di potong2 pakai silet untuk diambil sebagian iklan iklan dijadikan tugas hehehe... tapi seru dan menyenangkan waktu itu
ReplyDeletehehehe ada kenang-kenangannya ya mbak.
Deletejaman aku kecil dengan mudah bisa nemuin rumah dengan dinding gedeg seperti ini, sekarang ada tapi mungkin di daerah agak pelosok, jadi sudah jarang liat
kayaknya samar samar aku ingat, beberapa rumah memang ada yang dilapisi sama koran, wahhh untung nggak marah ya ayahnya