Libur lebaran
tahun ini saya mengunjungi Wonosobo, lebih tepatnya di Kawasan Wisata Dieng
Plateau. Kawasan wisata Dieng dikelola oleh 2 kabupaten yaitu Kab. Banjarnegara
dan Kab. Wonosobo. Dataran Tinggi Dieng terdiri dari beberapa gunung berapi
yang terdapat banyak kawah dan puncak kecil. Perjalanan untuk menuju ke sana
dimulai dari Yogyakarta yang merupakan kota transit saya dari Surabaya.
Selepas sholat jum’at sekitar jam 1 siang saya dan teman-teman memulai touring, saya menyewa motor di tempat rent motor yang banyak tersebar di daerah Yogya. Beruntung saya bisa mendapatkan motor yang sudah saya pesan dari Jember, karena semua tempat rent motor telah fullbooked. Dengan konsekuensi harga yang melonjak naik saya pun menyetujuinya, kisaran sewa motor di Yogya paling mahal Rp. 50.000,- / hari dan saya mendapatkan harga Rp. 80.000,- / hari. Perjalanan berkendara selama kurang lebih 5 jam terbilang lancar.
Teman baru saya di Yogya yang kebetulan akan mudik ke Wonosobo menjadi penunjuk jalan saat itu, kita melewati rute alternatif Magelang – Borobudur – Wonosobo. Perjalanan ini awalnya terasa menyenangkan, saya bisa melihat pemandangan selama di perjalanan, sesekali terjadi kemacetan ketika melewati sebuah pasar, lama-lama pegal juga karena terlalu lama duduk. Saya tidak menyangka kalau perjalanan darat ditempuh sejauh dan selama itu.
Memasuki Kabupaten Wonosobo macet tidak terhindarkan lagi, puluhan motor melaju dengan kesitnya di antara mobil-mobil yang berderet memanjang. Kita sempat beristirahat sebentar di Warung Sederhana Mie Ongklok, makanan khas Wonosobo. Sayang saya tidak bisa makan di tempat karena berpuasa. Alhasil saya memilih untuk membungkusnya.
Dari kawasan kota, perjalanan masih diteruskan kurang lebih 1 jam lagi, kondisi jalan mirip seperti di Puncak, jalanan juga tidak terlalu lebar. Mata kembali disegarkan dengan hamparan sawah-sawah berbukit, tanaman seperti kubis, tembakau tumbuh subur di dataran tinggi ini. Melihat pemandangan ini saja sudah membuat saya senang bukan kepalang, Indonesia sungguh indah.
Selepas sholat jum’at sekitar jam 1 siang saya dan teman-teman memulai touring, saya menyewa motor di tempat rent motor yang banyak tersebar di daerah Yogya. Beruntung saya bisa mendapatkan motor yang sudah saya pesan dari Jember, karena semua tempat rent motor telah fullbooked. Dengan konsekuensi harga yang melonjak naik saya pun menyetujuinya, kisaran sewa motor di Yogya paling mahal Rp. 50.000,- / hari dan saya mendapatkan harga Rp. 80.000,- / hari. Perjalanan berkendara selama kurang lebih 5 jam terbilang lancar.
Teman baru saya di Yogya yang kebetulan akan mudik ke Wonosobo menjadi penunjuk jalan saat itu, kita melewati rute alternatif Magelang – Borobudur – Wonosobo. Perjalanan ini awalnya terasa menyenangkan, saya bisa melihat pemandangan selama di perjalanan, sesekali terjadi kemacetan ketika melewati sebuah pasar, lama-lama pegal juga karena terlalu lama duduk. Saya tidak menyangka kalau perjalanan darat ditempuh sejauh dan selama itu.
Memasuki Kabupaten Wonosobo macet tidak terhindarkan lagi, puluhan motor melaju dengan kesitnya di antara mobil-mobil yang berderet memanjang. Kita sempat beristirahat sebentar di Warung Sederhana Mie Ongklok, makanan khas Wonosobo. Sayang saya tidak bisa makan di tempat karena berpuasa. Alhasil saya memilih untuk membungkusnya.
Dari kawasan kota, perjalanan masih diteruskan kurang lebih 1 jam lagi, kondisi jalan mirip seperti di Puncak, jalanan juga tidak terlalu lebar. Mata kembali disegarkan dengan hamparan sawah-sawah berbukit, tanaman seperti kubis, tembakau tumbuh subur di dataran tinggi ini. Melihat pemandangan ini saja sudah membuat saya senang bukan kepalang, Indonesia sungguh indah.
Saya mengexplore
beberapa objek wisata yang berada di dalam kompleks Gunung Dieng, diantaranya :
Sumur Jalatunda
Untuk masuk ke
tempat wisata Sumur Jalatunda, pengunjung dikenakan biaya Rp. 6.000,-.
Pengunjung dapat melempar batu ke tengah-tengah sumur ini, konon tidak ada yang
pernah berhasil mencapainya, karena setiap batu yang dilempar akan jatuh di
pinggiran sumur. Di dinding-dinding sumur ini terdapat Gua Satiya yang
tertutupi oleh rimbunan daun-daun, yaitu gua yang dihuni oleh manusia setengah
naga.
Sumur Jalatunda |
Komplek Candi Arjuna
Di komplek ini
terdapat deretan candi-candi seperti Candi Arjuna, Candi Srikandi, Candi
Puntadewa, Candi Sembadra. Selain itu, juga terdapat Candi Gatot Kaca yang
merupakan candi Hindu. Candi ini letaknya terpisah dari candi Arjuna tadi,
Candi Gatot Kaca terletak di pelataran parkir pintu masuk Komplek Candi, yaitu
di depan Museum Kaliasa.
Komplek Candi Dieng |
Kawah Sikidang
Perjalanan kembali
dilanjutkan menuju Kawah Sikidang, kita tidak perlu membayar tiket masuk lagi
apabila ketika di Komplek Candi Arjuna sudah membayar Rp. 10.000,- Dinamakan Kawah
Sikidang karena air kawahnya seperti kaki kidang ( hewan kijang ) yang
loncat-loncat.
Tips ketika
berkunjung ke Kawah Sikidang :
-
Siapkan
masker, karena bau belerang lumayan menyengat hidung. Jika tidak membawa,
jangan khawatir, karena disana banyak penjual yang menyediakan masker.
Kawah Sikidang |
Telaga Warna
Telaga Warna
merupakan lokasi wisata yang unik, air telaganya dapat berubah warna, hijau
bergradasi biru, keren. Di komplek ini, terdapat juga Goa Semar, Goa Sumur, Goa
Jaran dan Telaga Pengilon.
Telaga Warna |
Sewaktu melewati
perkampungan warga di daerah Dieng, kita akan menemui anak-anak berambut
gimbal. Awalnya saya berpikir mereka mengikuti style rambut gimbal. Ternyata
tidak. Menurut cerita, mereka memang terlahir seperti itu dan supaya rambut
tidak tumbuh terus seperti itu, ada waktunya nanti si anak akan mengajukan
permintaan kepada orang tua mereka, biasanya permintaan mereka aneh-aneh.
Sewaktu saya menghampiri salah satu dari sekumpulan bocah-bocah yang sedang
asyik bermain pasir dan terang-terangan memotret si anak gimbal tersebut, dia
langsung bersembunyi di balik punggung temannya, terlihat kalau dia malu dan
tidak mau diexpose.
Anak Gimbal Dieng |
Kalau di sini penginapannya ada gak mbak? Pengen ke sini, tapi maish belum kesampaian hehe
ReplyDeleteAda banyak homestay di daerah wisata dieng Sandi. Cuman saya waktu itu nginep di rumah temen yg kebetulan warga sana asli. Jadi nggak punya contact penginapan2 :)
Delete