Liburan long weekend Maret kemarin saya
menghabiskan waktu di Banjarmasin.
Pertama kali
menginjakkan kaki di tanah Banjar, saatnya berteriak ” Yeahh, I will lost in
Banjarmasin”.
Ternyata jarak
dari Bandara Syamsudin Noor ke daerah Antasari tempat tinggal saya lumayan
jauh. Cara paling mudah menuju ke sana bagi orang asing adalah dengan Taksi
Argo. Lagi-lagi taksi argo ( berpikir ulang ) sembari cuci mata di Bandara saya
pun ngobrol-ngobrol dengan mbak-mbak yang ternyata berasal dari Jepara Jawa
Tengah dan kebetulan dia tidak menemukan tiket pesawat untuk balik ke Jawa
akhirnya dia menawarkan diri mengantarkan saya ke daerah Antasari. I’m lucky.
Setelah berhasil
menemukan tempat tinggal sementara di tempat Qori sang host yang akan menemani
saya berkeliling Banjarmasin sore itu, saya istirahat sebentar.
Malam itu saya
menghabiskan waktu dengan jalan-jalan keliling Kota, tempat pertama yang saya
tuju adalah Duta Mall Banjarmasin. Disini saya, Agustin, Qori dan Mas Anas
berencana akan nonton Film The Raid. Usai nonton, saya berkeliling-keliling
kota Banjarmasin menikmati pemandangan malam di pusat kota. Amazing,
dimana-mana baik itu dipinggir kota, di pusat kota dialiri sungai. Tidak heran
bila kota ini mendapat julukan Kota Seribu Sungai.
Hari kedua di
tanah Banjar saya sudah bersiap-siap di waktu subuh, saya akan berangkat
pagi-pagi sekali ke Pasar Terapung Lok Baintan. Yup, saat itu di pagi buta yang
masih gelap, dengan ditemani Qori saya pergi menuju Pasar Terapung Lok Baintan.
Jalanan menuju ke kawasan Lok Baintan awalnya mulus karena jalanan beraspal
ketika pertama masuk kawasan permukiman. Namun tidak semua jalanan beraspal,
setelah melewati jalanan beraspal, kita harus melewati jalanan yang lumayan
bikin pinggang meronta-ronta kesakitan.
Saat saya tiba
disana, aktivitas di dermaga Lok Baintan belum terlihat sama sekali meskipun
mentari sudah mulai muncul perlahan-lahan. Tidak berapa lama satu persatu
pedagang di pasar terapung mulai berdatangan. Inilah kali pertama saya melihat
aktivitas jual beli tidak di daratan. Langsung pula dari daerah asalnya. Menarik
!!! Ini sebuah tradisi setempat yang sampai saat ini masih terus berjalan. Sesekali
terlihat perahu klotok yang membawa rombongan wisatawan berdiam di sekitar
lokasi pedagang bertransaksi, mereka melakukan hal yang sama seperti saya yaitu
potret sana sini tanpa henti.
Saya tidak mau
ketinggalan dengan pedagang-pedagang itu, teman saya Qori membantu mencarikan
perahu lengang yang hanya di dayung oleh seorang ibu dan anaknya yang masih
kecil. Warga di sekitar dermaga mengingatkan saya untuk santai saja waktu duduk
di perahu, dimaksudkan untuk menjaga keseimbangan perahu. Awalnya ragu untuk
menerima ajakan naik perahu itu, kecil sekali seperti sudah mau tenggelam, mungkin
karena tidak terbiasa naik perahu seukuran itu juga. Berhubung sudah jauh-jauh
datang ke Banjarmasin, tidak ada salahnya merasakan sensasi berada di atas
jukung. Perlahan saya bisa mengimbangi ibu yang duduk di belakang saya
mendayung perahunya.
Mencoba merasakan naik jukung |
Keriuhan pasar terapung |
Dari dekat, saya menyaksikan bagaimana aktivitas transaksi jual beli di atas air. Saya mencoba juga bertransaksi di atas perahu, pagi itu saya membeli beberapa roti. Lumayan juga rasanya.
Pengganjal perut sementara waktu |
Mentari pun sudah
semakin beranjak naik dan saya cukup puas naik jukung, naiklah saya ke
permukaan melalui pintu belakang rumah penduduk dan saya memberi beberapa
lembar rupiah kepada ibu pendayung perahu tersebut sebagai ucapan terima kasih.
Hampir semua rumah warga di daerah Lok Baintan beralaskan kayu dan bagian
belakangnya atau tepatnya dapur juga berdiri diatas sungai.
Aktivitas Transaksi Jual Beli |
Suatu saat pengen balik lagi ke sini, kurang lama naik perahunya. Kan nggak asik 😅
blog walking nih salam kenal yaa INOEH.... wah saya belum sampai ke Banjarmasin
ReplyDeletesama-sama nuansa biru. kalo sempet maenlah ke sana hehe
ReplyDelete